Perjalanan dengan DFDS Cruise yang awalnya dijanjikan penuh kenyamanan justru berubah jadi ujian keberanian di Laut Baltik. Malam yang semestinya dirayakan dengan dinner elegan, minuman segar, dan aroma masakan hangat perlahan retak oleh hantaman ombak. Dari jendela restoran, gelombang mengguncang buritan, membuat kursi bergetar, piring beradu, dan perut terombang-ambing. Sebagian penumpang mulai kehilangan keseimbangan, wajah pucat, langkah terhuyung, hingga akhirnya memilih mundur dari meja makan. Petugas bergerak cepat, menenangkan suasana dan memberi pertolongan sederhana. Malam itu, pesta bubar sebelum waktunya---semua kembali ke kamar, menunggu fajar datang bersama laut yang kembali jinak.
Dari Oslo (Norwegia) Menuju Copenhagen (Denmark)
Radisson Blu Hotel, Alna Oslo menjadi rumah kami. Lelah perjalanan seakan sirna oleh kenyamanan fasilitas hotel yang memanjakan, memberi jeda sebelum melanjutkan langkah berikutnya.
Sebagai ibu kota Norwegia, Oslo menghadirkan wajah modernitas yang berpadu dengan alam liar di sekelilingnya. Fjord yang membingkai kota, hutan pinus yang menghampar, dan udara yang selalu terasa jernih. Semua itu membentuk wajah khas Skandinavia: bersih, tenang, namun penuh energi kreatif.
Di jalan-jalan kota, seni dan sejarah saling bersahut. Vigeland Park dengan patung-patung monumental dan Oslo Opera House yang futuristis menjadi ikon kreativitas, sementara di tepi fjord, Akershus Fortress berdiri kokoh, saksi bisu berabad-abad pertahanan kerajaan. Dari lorong berbatu hingga menara yang menghadap laut, benteng itu seakan menyimpan gema masa lalu yang kini hanya menuturkan kisah.
Tak jauh dari sana, Viking Ship Museum membawa kami lebih jauh ke akar sejarah bangsa ini. Tiga kapal kayu asli para penjelajah Viking yang legendaris terbaring utuh, seakan baru saja kembali dari samudera yang jauh. Ukiran halus, sisa layar, dan artefak penguburan memberi napas pada mitos, menjadikannya kisah nyata tentang keberanian manusia.
Lalu di ujung Karl Johans Gate, The Royal Palace berdiri anggun dengan taman luas yang meneduhkan. Istana ini masih menjadi kediaman resmi keluarga kerajaan Norwegia, simbol tradisi yang tetap hidup di tengah kota modern.
Pergantian penjaga yang khidmat dan aula berhias kristal mengingatkan bahwa sejarah dan aristokrasi masih berdampingan dengan masyarakat yang egaliter.
Oslo memberi kami pelajaran tentang keteraturan yang tak kaku: rapi tapi tidak dingin, modern tapi tetap membumi. Namun, setelah makan siang di Golden Mountain Restaurant, kami harus meninggalkan kota yang menawan ini.
Dengan diantar sopir bus yang ramah, perjalanan pun berlanjut menuju DFDS Pearl Seaways. Ferry megah yang akan membawa kami menyeberangi Laut Baltik menuju Copenhagen, Denmark, di mana sebuah drama tak terduga menanti.
Drama Tak Terduga di Laut Baltik
Kemewahan yang Tenang
Menyusuri jalur laut dari Oslo menuju Copenhagen dengan ferry DFDS Cruise bukan sekadar perjalanan transportasi, melainkan pengalaman lintas batas yang nyaris menyerupai miniatur pelayaran mewah. Kapal berangkat dari dermaga Oslo menjelang senja, membawa penumpang menembus fjord Norwegia yang sunyi namun gagah.
Di dalamnya, dunia lain terbentang: kabin nyaman dari kelas standar hingga premium, restoran dengan sajian Skandinavia maupun internasional, bar dan lounge yang hangat, hingga dek terbuka tempat angin laut menjadi musik pengiring.
Hiburan onboard, dari live musik, toko bebas bea, hingga playroom untuk anak; membuat perjalanan 17 jam ini lebih dari sekadar perpindahan titik di peta; ia adalah ruang waktu yang memberi jeda antara dua ibu kota Nordik.
Malam Bergelombang
Namun, daya tarik sejati ada di luar kaca jendela: panorama Oslo fjord yang dipeluk tebing-tebing hijau, pulau-pulau kecil yang sesekali muncul bagai penjaga sunyi, lalu beranjak ke laut terbuka Baltik yang luas dan tenang. Saat malam turun, kapal melaju menembus gelap dengan cahaya lampu di dek bagaikan garis perlawanan terhadap kelam.
Namun ketenangan itu tak bertahan lama. Menjelang senja, laut mulai bergejolak; ombak yang semula lembut perlahan tumbuh menjadi dinding air yang menghantam kapal. Dari jendela kabin di dek atas, gelombang terlihat menghempas kaca bulat dengan kekuatan yang membuat dada ikut berdebar.
Perjalanan yang tadinya dijanjikan penuh kenyamanan berubah menjadi ujian keberanian. Dinner elegan yang mestinya dirayakan dengan percakapan hangat dan musik ringan, retak oleh hentakan ombak.
Dari ruang restoran, kursi bergetar, piring beradu, dan perut terombang-ambing. Beberapa penumpang mulai kehilangan keseimbangan, wajah pucat, langkah terhuyung, hingga akhirnya menyerah dan mundur ke kamar masing-masing.
Petugas bergerak cepat, menenangkan suasana dengan sikap profesional. Malam itu, pesta bubar sebelum waktunya, dan kapal hanya menyisakan suara ombak yang tak henti mengguncang.
Fajar di Copenhagen
Hingga fajar datang, laut kembali jinak. Cahaya matahari pertama dari ufuk Denmark menyapa lembut, sementara siluet Copenhagen muncul perlahan di kejauhan.
Perjalanan ini tak sekadar menghubungkan dua kota, melainkan merangkai pengalaman: keheningan alam, ujian ombak, keramahan layanan, dan ritme pelayaran yang memaksa kita melambat. Mengingatkan bahwa sering kali, perjalanan lebih berharga daripada tujuan.
Setibanya di dermaga, imigrasi Denmark menjadi gerbang pertama yang kami lewati. Petugas dengan wajah tegas namun ramah memeriksa paspor, memberi kesan bahwa aturan bisa berjalan beriringan dengan keramahan. Dari sentuhan pertama itu, Copenhagen sudah terasa berbeda: disiplin, tapi tetap hangat.
Tak lama, seorang sopir lokal menjemput dengan senyum yang tak kalah hangat, sigap membantu koper yang penuh oleh-oleh agar kembali ke tangan pemiliknya.
Bagi para peserta perjalanan, momen sederhana itu menghadirkan rasa aman dan nyaman, seolah semua beban telah ikut diturunkan bersama bagasi. Hujan tipis yang menyambut di awal perjalanan justru kami anggap berkah---sapaan lembut dari langit sebelum memasuki kota yang sarat cerita.
Jkt/01092025/Ksw/149
Kusworo: Praktisi manajemen, penulis perjalanan, dan peziarah gagasan yang membawa gagasan baru cara menikmati dan mensyukuri perjalanan di Bumi Allah Azza wa Jalla.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI