Dunia bisnis sedang bertransformasi dari yang mengejar kuantitas menjadi yang merawat kualitas. Perusahaan yang tidak beradaptasi, akan tertinggal bukan karena kekurangan modal, tapi karena kehilangan makna. Menurut laporan McKinsey (2022), perusahaan yang memiliki strategi ESG (Environmental, Social, Governance) Â kuat memiliki peluang 2,6 kali lebih besar untuk bertahan dalam krisis ekonomi dibanding yang tidak. Sementara Harvard Business Review menyoroti bahwa organisasi yang mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam inti bisnisnya menunjukkan peningkatan inovasi sebesar 20--30%.
Ada pergeseran nilai dalam bisnis modern saat ini dimana Sustainability (keberlanjutan) bukan lagi sekadar tren hijau, tapi telah menjadi elemen strategis yang tak terpisahkan dalam model bisnis modern, terutama di era pasca-pandemi, krisis iklim, dan kesadaran sosial yang semakin tinggi.
Sustainability dalam bisnis sudah berubah dari tanggung jawab menjadi daya saing. Bukan semata hanya CSR (Corporate Social Responsility)Â yang kosmetik semata. Bahkan sustainability kini jadi keharusan, karena konsumen kini mengutamakan produk etis dan ramah lingkungan.
Salah satu pakar strategi terkemuka, Prof. Michael Porter dari Harvard Business School, menyebut bahwa: "The purpose of business is to create shared value, not just profits." (Creating Shared Value, HBR, 2011)
Konsep "shared value" inilah yang menjadi jembatan antara tanggung jawab sosial dan keunggulan kompetitif. Ketika perusahaan melihat keberlanjutan bukan sebagai beban, tapi sebagai peluang, maka lahirlah inovasi model bisnis yang ramah lingkungan sekaligus menghasilkan margin yang sehat.
Sementara investor memperhitungkan risiko ESG (Environmental, Social, Governance)Â dalam keputusan investasi. Dan regulasi pemerintah dan tekanan internasional makin ketat pada emisi karbon, limbah, dan ketimpangan sosial.
Kata kunci Sustainability sebagai strategi adalah: "survive and thrive" Â - bukan hanya bertahan, tapi tumbuh secara berkelanjutan. "Sustainability is no longer about doing less harm. It's about doing more good."- Jochen Zeitz, CEO Harley-Davidson, pendiri Sustainable Business Institute.
Tiga Pilar Sustainability dan Penerapan dalam Bisnis
Sustainability memiliki tiga pilar utama, yaitu Ekonomi, Lingkungan(environment), dan Sosial (social). Pilar Ekonomi merujuk pada upaya meningkatkan efisiensi biaya dan inovasi produk, menjaga keberlanjutan supply chain, dan membuka peluang pasar baru berbasis green economy.
Pilar Lingkungan (Environment) menekankan pentingnya reduksi jejak karbon dan limbah. Penggunaan energi terbarukan dan efisiensi sumber daya, dan praktik produksi dan konsumsi berkelanjutan.
Sementara dalam pilar Sosial (Social) menekankan pentingnya kesejahteraan pekerja dan komunitas sekitar, inklusivitas gender dan kelompok rentan, dan etika dalam rantai pasok.
Strategi Sustainability perlu penerapan secara konsisten dalam sebuah entitas bisnis. Dimulai dari Visi dan nilai inti perusahaan. Sustainability bukan tambahan. Ia harus menjadi bagian dari "DNA bisnis". Rumuskan "Purpose Statement" yang menggabungkan profit dan purpose.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!