Dalam salah satu status di face book saya menemukan kalimat begini " Menjelang Tanggal 17 April 2019 inilah harga-harga mahluk ciptaan Tuhan. 1. Kerbau 17 juta, sapi 15 juta, domba 3 juta, Ayam 100-200 ribu, Manusia 50-100 ribu. Catatan khusus untuk nomor 5 Jika dia menggunakan hak pilihnya mencoblos caleg dan capres dengan menerima serangan fajar"
Saya merenungi betul kalimat diatas. Bahwa betapa harga hewan lebih bernilai dibanding harga manusia Indonesia yang mau dibeli pada saat moment pemilu seperti saat ini.Â
Saya berkeyakinan, menghargai suara setiap kepala yang berhak memilih dengan nominal 50.000-100.000 sungguh penghinaan yang nyata terhadap rakyat sebagai pemegang kedaulatan sesungguhnya. Tapi bagaimana fakta di lapangan saat ini?
Saya praktisi politik, saya ikut mencalonkan diri sebagai caleg di DPRD Kabupaten. Dua hari menjelang pencoblosan saya menerima berbagai laporan dari tim dan relawan di lapangan, bahwa caleg A dah nyebarin amplop nominal 35.000,-. caleg B amplopnya 50.000. caleg C 100.000,-.Â
Terhadap laporan tim dari lapangan reaksi saya datar dan biasa saja, sambil senyum saya sampaikan cerita status facebook diatas. Saya bilang ke jaringan saya.Â
Saya hanya akan memberi honor untuk saksi, kedua membantu beras dan buat lauknya 200,000,- buat ngaliwet malam H di setiap titik kampung yang ada jaringan sayanya untuk menemani begadang konsigner menjaga lingkungan dan kampungnya masing-masing jika ada orang yang nyebarin politik uang.Â
Tugasnya Foto, tangkap, Tanyai, jika ada lengkap dengan barangbukti bawa ke panwas. H-2 itu saya hanya mengeluarkan anggaran sebesar 60jt. untuk saksi di 200 TPS @100.000. untuk titik ngaliwet 200 titik @200.000.
Sama sekali tak ada istilah membeli suara setiap kepala. Sebagai incumbent saya sudah bekerja dan merawat jaringan serta basis suara selama saya menjabat.Â
Mengawal program dan kebijakan yang dibutuhkan oleh masyarakat di dapil saya. Membangun jalan desa, jalan lingkungan, fasilitas agama, pemberdayaan ekonomi, sosial kemasyarakatan dll.Â
Saya meyakini bahwa masyarakat akan memiliki kesadaran dan nuraninya sendiri. Jika terasa manfaatnya akan terbangun ikatan emosional yang kuat, apalagi jika komunikasi dan sillaturrahmi selalu terjaga.
Namun demikian, ada sebagian kolega saya sesama caleg Incumben yang masih menggunakan cara-cara politik uang, ditambah caleg baru yang juga lebih gila-gilaan, apalagi kalau tandem dengan caleg provinsi dan pusatnya yang memiliki latar belakang pengusaha dengan basis keuangan yang kuat.Â