Mohon tunggu...
Kusdiantoro Mohamad
Kusdiantoro Mohamad Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Embriologi, Pemerhati Lingkungan

Memberi manfaat untuk masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Banteng, Tetua Sapi Lokal di Indonesia?

16 Agustus 2022   11:15 Diperbarui: 20 Agustus 2022   04:40 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sapi-sapi lokal di Indonesia menunjukkan adanya unsur genetik dari dua tetua, yaitu sapi India dan banteng (Pexels/Jahoo Clouseau)

Kita mengenal sapi Bali yang memiliki daya tahan terhadap penyakit, tingkat reproduksi, dan tingkat produktivitas yang tinggi pada kondisi lingkungan tropis dan keterbatasan pakan. Kita juga mengenal sapi Madura, selain sebagai sapi potong (pedaging), juga banyak digunakan dalam tradisi karapan sapi. Di luar kedua jenis sapi itu, Indonesia masih memiliki sapi galekan di Jawa Timur, sapi pesisir di Sumatera Barat, dan sapi aceh di Nanggroe Aceh Darussalam. Pernahkah kita membayangkan asal-usul atau nenek-moyang sapi-sapi lokal ini berasal dari mana?

Ada dua kelompok besar sapi yang banyak diternakkan di dunia. Pertama sapi India (zebu) atau Bos indicus, dan kedua sapi Eropa atau Bos taurus. Kita dengan mudah mengenali kedua jenis kelompok sapi ini dari penampakan fisiknya.

Sapi India dicirikan oleh penampakan seperti punuk atau peninggian di bagian pundaknya. Ciri ini tidak dimiliki oleh sapi Eropa.

Contoh sapi India di antaranya ongol, brahman, dan sahiwal, sementara itu contoh sapi Eropa di antaranya limousin, angus, simental, dan FH. Sapi FH merupakan sapi tipe perah sementara sapi lain yang disebutkan sebelumnya tipe pedaging.

Selain sapi india dan sapi eropa, kelompok jenis sapi lain ialah kouprey (Bos sauveli), gaur (Bos gaurus), banteng atau tembadau (Bos javanicus), dan aurochs (Bos primigenius).

Kouprey, gaur dan banteng ketiganya tersebar luas di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Aurochs saat ini sudah dinyatakan punah.

Sapi-sapi lokal di Indonesia, menurut penelitian Mohamad dkk. (2009), menunjukkan adanya unsur genetik dari dua tetua, yaitu sapi India dan banteng.

Analisis DNA mitokondria, kromosom-Y, dan mikrosatelit menunjukkan banteng memberikan kontribusi genetik sebesar 10%−16% pada sapi-sapi Aceh, pesisir, dan peranakan ongol (PO) di wilayah Sumatera.

Kontribusi genetik banteng yang lebih besar (20%−30%) terdapat pada sapi Madura dan Galekan. Sementara itu, sapi Bali, baik yang terdapat di wilayah Sumatera, Bali, dan Sulawesi menunjukkan 100% genetik banteng.

Penelitian Mohamad dkk. menunjukkan peran banteng dalam memberikan kontribusi genetik pada sapi-sapi lokal di Indonesia. Sapi aceh dan sapi pesisir menunjukkan dominansi genetik sapi india. Meski dominan sapi india, sapi-sapi ini tetap mendapatkan sebagian kecil genetik banteng.

Hal ini menandakan bahwa selama proses domestikasi sapi-sapi lokal ini, sapi india yang didomestikasi, mendapat genetik tambahan melalui perkawinan dengan banteng.

Hal menarik terjadi pada sapi Madura dan sapi galekan. Kedua sapi ini, meski tetap dominan asal sapi India, genetik banteng memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan dengan sapi-sapi lokal lainnya.

Kemungkinan, sapi madura dan sapi galekan didomestikasi oleh penduduk lokal banyak dilakukan persilangan dengan banteng.

Pada sapi Madura, mungkin penduduk lokal mengawinkan sapi asal india yang dimilikinya dengan banteng untuk memperoleh kekuatan dan sifat liarnya agar bisa dipacu berlari kencang saat karapan sapi.

Informasi terakhir yang bisa diperoleh dari penelitian Mohamad dkk. ialah sapi Bali yang sepenuhnya memiliki genetik banteng.

Hasil ini memastikan bahwa memang benar sapi bali merupakan hasil domestikasi langsung dari banteng.

Sapi Bali yang dipelihara secara ekstensif − dengan diumbar untuk merumput di lapangan − kadang kala menunjukkan sifat liar karena memang memiliki genetik murni dari banteng. Pola perbedaan warna antara sapi muda dan betina yang berwarna coklat dengan sapi jantan dewasa yang berubah menjadi warna hitam masih tetap kita lihat pada sapi bali sama seperti pada tetuanya banteng.

Kemurnian genetik sapi bali dari banteng bisa menginformasikan kepada kita bahwa di Pulau Bali sama sekali tidak terdapat pemasukan sapi asal India ke Pulau Dewata tersebut. Tanpa ada aliran masuk sapi luar ke Pulau Bali memungkinkan sapi bali tetap murni memiliki seratus persen genetik banteng seperti yang kita temui saat ini.

Sapi-sapi lokal merupakan kekayaan biodiversitas bangsa Indonesia. Sapi lokal berasal dari sapi India dan juga hasil domestikasi banteng.

Percampuran genetik dua tetua terdapat pada sapi-sapi lokal di Indonesia, sementara bentuk murni genetik banteng tetap ada hingga kini yakni pada sapi Bali.

Referensi: Satu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun