Mohon tunggu...
Sanad
Sanad Mohon Tunggu... Mahasiswa/Pelajar -

Penulis Cerita Pendek

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Seribu Karang-karang

4 Maret 2018   13:08 Diperbarui: 4 Maret 2018   13:18 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku juga tidak ingin emas kasihku, aku tidak ingin menjadi sombong karena melabeli tubuhku dengan harga. Bagiku diriku hanya untukmu bukan untuk harga yang bisa dihitung seenaknya oleh laki-laki lain, apalagi sampai dipergunjingkan oleh tetangga-tetangga kita nanti. Aku tidak ingin setelah kita menikah nanti, aku bakal disibukan dengan berbagai daftar tata cara menghabiskan uang, belanja dimall, traveling keliling dunia, arisan, karaoke, minum-minum, atau mengoleksi benda-benda berharga. Bukan itu tujuanku hidup dan menikah denganmu. Lagipula, apa hati seorang perempuan setega itu bersenang-senang ketika bahkan ia tahu emas yang ia gunakan untuk dipertontonkan adalah hasil kesakitan para penambang di Papua sana? Ketika bahkan ia tahu bahwa nyawa-nyawa suami dari istri yang hidup dari bertambang dipertaruhkan hanya untuk membuat dirimu bisa menikahiku? Tidak , bukan seperti itu kasihku.

Aku hanya ingin seribu karang, dan aku akan senang dan bahagia jika suatu hari nanti kita bisa bertamasya dan menyelami karang-karang indah kita itu. Coba bayangkan keluarga-keluarga ikan-ikan, kuda laut, ular laut, atau siput juga ikut meramaikan kebahagiaan kita! Bahkan hingga anak cucuk kita nanti telah lahir dan tumbuh dewasa, karang-karang itu tetap sehat dan jadi sumber keindahan yang tidak akan dirubah dengan gedung-gedung sesak dikota.

Kasihku, ku harap kau membaca surat ini, dimanapun engkau, dan siapapun dirimu. Aku mencintaimu!

~

Katamu, akhirnya mereka menikah, dan hidup bahagia. Perempuan itu akhirnya menikah dengan kekasihnya yang datang membawakan mahar seribu karang. Katamu setiap mengunjungi kota dimana kedua pasang manusia itu hidup, kau akan menemukan hamparan laut yang indah dengan senja, dan karang-karang, dan ikan-ikan, dan kuda laut, ular laut, dan siput-siput yang juga bahagia.  

Tapi katamu tempat itu hanya ada dalam cerita, karena tidak, atau belum ada perempuan yang meminta untuk diberi mahar karang-karang.


Yogyakarta, 24 Februari 2018.

(Pernah terbit sebagai catatan dilaman facebook milik penulis, dengan judul Mahar Seribu Karang)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun