Ramai di media sosial para remaja mengunggah foto dengan memberi garis merah di atas kepala mereka menunjukkan seberapa sering mereka melakukan hubungan seksual. Trend edit foto tersebut viral setelah tayang k-drama on going "S-Line". K-drama yang menceritakan karakter utama mampu melihat berapa banyak seseorang melakukan aktivitas seksual (banyak partnernya) dengan menghitung banyak garis merah di atas kepala orang lain. Inilah yang kemudian dijadikan trend oleh remaja kita terutama penikmat K-drama. Sebagian ada yang menganggap hal ini sekedar lucu-lucuan. Sebagian lagi memang "flexing", menunjukkan kepada orang-orang seberapa populernya ia di kalangan lawan jenis.
Degradasi Moral?
Yang perlu dicermati dari trend ini adalah cerminan degradasi moral yang dialami oleh remaja kita. Terlepas dari benar/tidaknya mereka pernah melakukan aktivitas seksual, yang tersirat dari trend ini seolah lucu atau membanggakan telah melakukan perzinahan. Q.S. Al-Isra ayat 32 telah jelas melarang seorang muslim bahkan sekedar mendekati zina. Tetapi yang kita lihat saat ini menunjukkan betapa minimnya standart Islam dalam diri remaja kita hingga dengan mudah dan bangga melakukan kemaksiatan.
Ketika degradasi moral mengintai anak bangsa, ancaman demi ancaman akan muncul seiring semakin sedikitnya pemuda yang berkepribadian Islam. Ancaman tersebut di antaranya; mudah bermaksiat, penyimpangan perilaku dan seksual, kriminal, korupsi, jual-beli hukum, lahirnya pemimpin rusak, dll. Jika ini dibiarkan berlarut-larut, maka kehancuran negara tinggal membalikkan telapak tangan saja.
Yah, beginilah ketika hidup berasaskan sistem kapitalisme yang diadopsi negara, dimana segala sesuatu ditakar atas asas manfaat/ mendatangkan materi. Sehingga konten yang masuk tidak difilter berdasarkan syariat. Kurikulum yang diberikan di sekolah pun bermasalah karena tak mampu membentuk pelajar yang berkepribadian Islam. Tempat-tempat maksiat menjamur. Hukum yang diterapkan oleh negara dan sanksi yang dikenakan kepada pelaku maksiat juga cenderung ringan serta tidak menjerakan. Kehidupan masyarakat pun melihat perzinahan tergolong sesuatu yang tampak biasa, padahal dosanya luar biasa.
Pandangan Islam
Berbeda hasilnya jika sebuah negara mengadopsi aturan Islam 100% tanpa meninggalkan satupun. Seluruh konten termasuk film yang masuk atau bisa terakses oleh warga negara pasti dijaga dengan serius. Kepribadian remaja ditempa menggunakan kurikulum berbasis akidah Islam. Sehingga kepribadian remaja dapat tercetak menjadi pemuda taat syariat. Bukan hanya sekedar alumni siap kerja tapi mental dan kepribadian kocar-kacir. Islam juga akan memberlakukan sanksi yang tegas bagi para pelanggar syariat, termasuk pada: pembuat konten/film rusak, tempat maksiat, dan pezina. Yang akhirnya tidak ada lagi trend tak berguna seperti pamer jejak kemaksiatan seperti ini.
Bagi Islam, pemuda adalah aset berharga yang harus dipelihara keimanannya. Pemuda adalah agen perubahan, oleh karenanya mereka harus dibekali pendidikan berbasis akidah Islam, bukan sekedar ilmu mencari uang. Kecerdasan tanpa keimanan hanya menghasilkan pemuda yang tidak peka akan kondisi umat. Setiap apa yang mereka ciptakan, hukum yang mereka sahkan, tidak mampu membawa dirinya pada kebaikan apalagi untuk membawa negara pada kebangkitan. Tapi inilah yang diinginkan oleh kapitalisme. Semakin rusak pemuda muslim, semakin mudah kapitalis adidaya menguasai negeri mereka, mengeruk SDA, lalu menghancurkannya.
Khatimah
Sebuah kepentingan yang mendesak bagi muslim untuk memilih penguasa yang mau menerapkan syariat Islam secara menyeluruh. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kapabilitas sebagai junnah/pelindung umat, sebab aturan yang dikeluarkan adalah aturan yang berasal dari al-Qur'an dan as-sunnah. Dari kedua sumber yang diciptakan oleh Allah Swt.-lah sebuah negara bisa melepaskan rakyatnya dari kebodohan dan degradasi moral. Di dalam negara Islam, penguasa tidak bekerja untuk mencari keuntungan dari rakyat atau menghalalkan segala cara demi keuntungan. Negara yang menggunakan sistem Islam/ berideologi Islam sudah pasti menggunakan pertimbangan halal dan haram terhadap apa saja yang hadir dan lahir di tengah-tengah masyarakat. WalLahu 'a'lam bishawab.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI