Mohon tunggu...
KURNIA
KURNIA Mohon Tunggu... Mahasiswa

Menulis untuk mengabadikan pemikiran Islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Optimalisasi Peran Pendidikan Pesantren

11 Oktober 2025   23:43 Diperbarui: 11 Oktober 2025   23:43 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Indonesia diharapkan mampu mengoptimalisasi perannya untuk membentuk generasi unggul dalam aspek spiritual, intelektual, maupun kepemimpinan. Oleh sebab itu pemerintah memberikan perhatian lebih kepada pesantren dengan melakukan pengembangan kurikulum serta memastikan tercapainya visi misi pesantren. Hakikatnya, pesantren sebagai lembaga pendidikan hari ini dapat mengoptimalisasi pembentukan generasi muda ketika melakukan kolaborasi yang menyeluruh dengan ide Islam sebagaimana hakikat pesantren yaitu membangun pendidikan dengan dasar pemahaman Islam. Berikut ini beberapa ide yang dapat menghambat optimalisasi pesantren dan ide yang dapat membantu pesantren mengoptimalisasi pembentukan generasi muda.

Jeratan Ide Sekulerisme

Sekulerisme sebagai ide dasar yang menolak penggunaan agama dalam aktivitas kehidupan sangat jelas menjadi penghambat tebentuknya generasi muda yang memiliki ketaqwaan totalitas kepada Allah Subhanahu Wataala. Ide ini hanya mendorong santri untuk memperbaiki diri dengan melaksanakan ibadah mahdoh saja tanpa memperhatikan ibadah dalam aspek hablu minnan nas ataupun hablu minnan nafsi. Hal ini menyebabkan santri memisahkan urusan agama dengan dunia. Setidaknya dari paham ini akan terbentuk santri yang unggul dalam hal religiusitas tetapi menolak perkembangan ilmu pengetahuan ataupun perkembangan persoalan politik sebab dinilai jauh dari nilai religius. Padahal di dalam Islam tidak ada dikotimi ilmu agama dan dunia. Sebab Islam mengatur seluruh aspek kehidupan baik itu urusan ibadah kepada Allah hingga urusan politik sekalipun. 

Sekulerisme juga memiliki ide turunan yang memiliki dampak negatid bagi santri apabila diinstal oleh pesantren dalam kurikulum maupun materi pembelajaran. Salah satu ide turunan tersebut adalah moderasi beragama dan liberalisme. Moderasi beragama adalah ide Islam moderat. Islam moderat sendiri adalah ide yang mengajarkan bahwa menggunakan ajaran Islam yang sesuai dengan zaman saja. Artinya moderasi mengajarkan bahwa sebagai seorang Muslim tidak harus berislam secara menyeluruh, melainkan bisa 'prasmanan' terhadap syariat yang dianggap 'masih layak' dengan perkembangan zaman. 

Ide moderasi ini bertentangan dengan perintah Allah pada surat AL Baqarah ayat 208 yang memerintahkan seorang Muslim untuk berislam secara totalitas atau kaffah.  Ide ini adalah bentuk nyata liberaslisasi agama yaitu kebebasan dalam beragama yang dilahirkan oleh sekulerisme. Bahkan liberalisasi agama ini mengajarkan bahwa seorang Muslim harus menerima ide pluralisme atau mengakui kebenaran agama lain selain Islam itu sendiri. Padahal di dalam Islam telah jelas bahwa Islam hanya mengakui Islam satu satunya agama yang benar yang datangnya dari Allah serta tidak ada sekutu baginya. Islam telah menjelaskan bahwa keberagaman agama adalah sebuha keniscayaan, akan tetapi bukan berarti harus membenarkan agama tersebut dengan dalih toleransi. Sebab toleransi dalam Islam adalah saat dengan yakin memahami "agamamu agamamu dan agamaku agamaku" tanpa mencampur adukkan agama agama tersebut. 

(Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam (kedamaian) secara menyeluruh) [TQS Al Baqarah 2:208]

Ide moderasi dapat menghambat santri untuk memiliki pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nasfiyah) Islamiyah secara menyeluruh. Akibatnya, santri tumbuh menjadi pribadi yang tau syariat Islam tetapi memiliki potensi besar untuk tidak melaksanakan syariat tersebut. Hal ini kontradiksi dengan tujuan berdirinya pesantren yang diharapkan mampu membentuk generasi unggul dalam spiritual. Kerusakan akibat sekulerisme tersebut dapat ditangani dengan menghapuskan ide tersebut pada kurikulum pesantren. Oleh karena itu setiap pesantren perlu memahami hal ini agar mampu menjauhkan sekulerisme dari proses pendidikan generasi muda 

Pesantren dalam Naungan Islam Kaffah

Pesantren sebagai lembaga pendidikan mampu mengoptimalkan fungsinya dalam mendidik generasi muda ketika menggunakan visi pendidikan Islam yaitu membentuk syaksiyah atau kepribadian Islam dalam diri santri, meningkatkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengembangkan kemampuan soft skill pada diri santri. Hal ini terwujud apabila pesantren menjauhkan diri dari paham sekulerisme. Pesantren sebagai lembaga pendidikan saat ini faktanya justru dipengaruhi oleh sekulerisme baik melalui kurikulum pendidikan maupun kondisi pemikiran sosial masyarakat. Hal ini terjadi sebab, konsep negara saat ini memang menjunjung sekulerisme sebagai asas pendidikan.

Pesantren pada hakikatnya dapat bersih dari paham sekulerisme ketika negara memakai konsep politik pendidikan Islam. Konsep politik pendidikan Islam pada dasarnya hanya dapat diaktualisasikan pada pemerintahan Islam. Sebab, pemerintahan Islam memiliki visi misi menjalankan syariat Islam, menjaga syariat Islamd dan melaksanakan aktivitas dakwah Islam. Visi tersebut dapat dibentuk melalui sistem pendidikan yang meninstall pemikiran Islam sebagai asas pendidikannya. Pendidikan Islam inilah yang akan melahirkan generasi muda yang mencitai Islam secara keseluruhan, mengamalkan setiap syariat Islam, menjaga syariat Nya dan dengan gembira menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia. 

Peran pendidikan sebagai aspek penting dalam ketahanan negara telah dibuktikan oleh Kekhilafahan Islamiyah selama berabad abad. Kekhilafahan Islam menjaga kurikulum pendidikan hanya menggunakan asas Islam. Maka dikenal istilah tsaqofah dalam kurikulum pendidikan Islam. Tsaqofah adalah ide yang bukan berasal dari Islam serta memiliki pandangan tertentu terkait visi hidup sebagai manusia. Tsaqofah hanya boleh dipelajari oleh santri yang sudah mampu meng evaluasi suatu ide berdasarkan sudut pandang Islam sehingga dapat dijelaskan titik kritisnya agar masyarakat tidak mengambilnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun