Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tawangsari Kampoeng Sedjarah, Markas Gerilya Rakyat Kota Malang

1 April 2018   13:47 Diperbarui: 1 April 2018   18:02 1874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampoeng Sedjarah Tawangsari siap menyapa pengunjung. Dok.Abdul Malik

KETIKA suatu bangsa kehilangan toponimi maka bangsa itu hilang. Ismail Lutfi, sejarawan dari Universitas Negeri Malang menyatakan hal tersebut dalam kegiatan Diskusi dan Brainstorming Penyusunan Rencana Induk Pelestarian Cagar Budaya Kota Malang di Hotel Pelangi, Malang (26/3/2018). Salah satu toponimi yang mulai dilupakan warga Kota Malang adalah Tawangsari. 

Peta terbitan Belanda dari FDK Bosch bertiti mangsa tahun 1924, mencatat nama dusun Ketawangsari. Saat ini, Dusun Tawangsari dan Dusun Pilang adalah dua dusun di Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Agar nama dusun tersebut tidak hilang maka Komunitas Reenactor Ngalam menggagasnya sebagai nama Kampung Tematik "Tawangsari Kampoeng Sedjarah".   

MARKAS GERILYA RAKYAT KOTA

Hal menarik dari Tawangsari adalah sebuah rumah  di Jl.Sumbersari gang 3 Nomor 190, yang diyakini sebagai Markas Gerilya Rakyat Kota (GRK) Malang. Milik pasangan suami istri Pak Tamsir dan Ibu Kamsani.Tahun 1978-an saat melihat tivi, Bu Kamsani tak sengaja melihat sosok Soemitro dalam salah satu tayangan. Spontan beliau berkomentar "Orang itu sering rapat di rumah ini." Informasi tersebut disampaikan Sofyan Harianto, cucu Ibu Kamsani. "Rumah tersebut dipinjam Pak Soemitro yang menyamar sebagai Pak Tasrip agar bisa menggunakan rumah tersebut sebagai markas komando gerilya ".  

Cerita tersebut kini menjadi ingatan kolektif warga Tawangsari.Bukti foto saat Soemitro mengadakan pertemuan di rumah tersebut masih belum ditemukan.Pak Tamsir dan Ibu Kamsani sebagai saksi sejarah, sudah berpulang. Kondisi rumah tempat pertemuan Pak Soemitro dan Gerilyawan Rakyat Kota Malang, sudah berubah. Sebagian dinding rumah dan pintu samping masih asli. Saksi bisu sejarah yang tertinggal adalah gerobok, tempat menyimpan piring. Dan gerobok tersebut akan menjadi salah satu memorabilia dalam Museum Reenactor Ngalam di Tawangsari Kampoeng Sedjarah.

Sebuah rumah di Jl.Sumbersari gang 3 Nomor 190, yang diyakini sebagai Markas Gerilya Rakyat Kota (GRK) Malang.Dok.Abdul Malik
Sebuah rumah di Jl.Sumbersari gang 3 Nomor 190, yang diyakini sebagai Markas Gerilya Rakyat Kota (GRK) Malang.Dok.Abdul Malik
Selain ingatan kolektif yang tersimpan dalam benak warga, dunia riset akademis juga mencatat keberadaan Tawangsari. Drs. Nur Hadi, M.Pd, M.Si, dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang telah membukukan risetnya bertajuk Sejarah Brigade IV. 

"Ketika Malang diduduki Belanda, ada Gerilya Rakyat Kota Malang, tahun 1946-1948, pos komandonya di daerah Sumbersari, dipimpin Soemitro (Jenderal, mantan Pangkopkamtib) dengan nama Tasrip. Penggunaan bahasa walikan digunakan dalam perjuangan tersebut. Saat Malang menjadi kota pendudukan, Belanda tidak pernah tidur nyenyak. Perjuangan kera-kera Ngalam yang digerakkan dalam bentuk Gerilya Rakyat Kota Malang bisa terjadi setiap waktu," demikian penjelasan Pak Nurhadi menukil hasil penelitiannya tahun 1992-1997.   

Pak Nurhadi menambahkan bahwa ketika menggali data termasuk mewawancarai Jenderal Soemitro tidak secara khusus menyangkut Gerilya Rakyat Kota, termasuk rumah kediaman Pak Soemitro di daerah tersebut. "Tetapi memori kolektif masyarakat adalah sebuah temuan penting, saya baru mengetahui tempat tersebut belakangan."

Gerobok, tempat menyimpan piring di Markas Gerilya Rakyat Kota (GRK) Malang. Dok.Abdul Malik
Gerobok, tempat menyimpan piring di Markas Gerilya Rakyat Kota (GRK) Malang. Dok.Abdul Malik
MUSEUM REENACTOR NGALAM

Gedung Museum Reenactor Ngalam terletak di dekat Makam Muslim RW 1 Kelurahan Sumbersari. Di sudut makam ada tulisan KAMPOENG SEDJARAH. Disamping makam ada jalan setapak.Di ujung jalan setapak ada gedung bercat putih.Di dekat gedung ada sungai yang membelah Tawangsari dan Karangbesuki.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun