Mohon tunggu...
kupasotomotif
kupasotomotif Mohon Tunggu... Teknisi - pengamat otomotif

Seorang peneliti / konsultan free energi, kesehatan alternatif dan pengamat otomotif

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tingginya Angka Kematian karena Corona Terjadi karena Stigma? Justru Sebaliknya

1 Mei 2020   23:42 Diperbarui: 2 Mei 2020   00:46 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Direktur pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan napza, kementerian kesehatan, Fidiansjah mengatakan bahwa sikap negatif masyarakat terhadap penderita virus Corona dan petugas medis yang menangani virus Corona telah menyebabkan tingginya angka kematian akibat virus Corona.

Penulis sangat tidak setuju dengan pendapat tersebut.

Mungkin perlakuan diskriminasi atau mengucilkan penderita virus Corona dapat menyebabkan tekanan batin terhadap penderita virus Corona. Namun tekanan batin ini tidak akan terjadi bila semua orang mendapatkan perlakuan yang sama. Sehingga baik penderita maupun bukan penderita mendapatkan perlakuan isolasi diri.

Menjauhkan diri dari orang yang berpotensi menderita virus Corona adalah sikap yang benar. Petugas medis sebagai orang yang berpotensi menularkan virus Corona mungkin memang harus terpaksa menanggung perlakuan ini. Namun hal ini perlu dilakukan mengingat terjadinya penularan pada puluhan petugas medis di rumah sakit Dr Kariadi yang terjadi hanya karena penanganan seorang pasien yang teledor. Coba bayangkan apa yang terjadi bila semua petugas medis tersebut berinteraksi dengan orang lain pada saat di rumah?

Dan yang menjadi masalah sekarang adalah masalah terlalu sembrono dengan potensi penyebaran virus Corona. Mungkin bila melihat reaksi masyarakat terhadap penderita virus Corona terlihat ekstrem. Tapi kita perlu melihat reaksi masyarakat ketika mereka diduga atau sudah terbukti menderita virus Corona. Apa mereka melakukan stigma yang sama?

Tidak. Masyarakat terbukti cuek ketika yang menjadi suspect atau penderita adalah mereka sendiri. Kita dengar sendiri bagaimana orang yang datang dari daerah pandemi dengan santainya dan tidak merasa bersalah menulari banyak orang. Kita dengar sendiri bagaimana penderita virus Corona kabur atau seenaknya keluar dari tempat isolasi mandiri. Kita juga dengar sendiri betapa banyaknya masyarakat melakukan mudik tanpa perduli efek yang akan diterima  keluarga yang ada di tempat tujuan.

Jelas bahwa yang menyebabkan korban menjadi makin banyak bukan karena stigma masyarakat. Korban makin banyak terjadi karena dualisme standar masyarakat. 

Mereka tidak perduli orang lain tertulari walau mereka sendiri sangat sangat takut tertulari. Mereka tidak memperdulikan banyak rambu larangan penyebaran virus Corona. 

Mereka merasa menggunakan masker dan disemprot disinfektan sudah membuat mereka aman dari virus. Namun mereka takut dengan korban meninggal yang sudah benar - benar disterilisasi dengan sempurna.

Yang perlu dilakukan bukan membasmi stigma tapi membuat masyarakat lebih dewasa dan siap menerima apa yang mereka lakukan kepada orang lain terhadap diri mereka sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun