Kemarin, cerita tentang Politik vs Kangkung telah saya muat dalam beberapa group yang saya ikuti di Facebook, dan mendapat “like” yang cukup banyak. Sehingga saya putuskan untuk berbagi tulisan ini di Kompasiana, dengan sedikit penambahan hal-hal mendasar yang ingin saya kemukakan.
=========================
Istri sedang memasak di dapur. Suami yang akan berangkat kerja, masuk dapur menghapiri istrinya seraya berucap, “Ma, hari ini masak apa?”
Tanpa menoleh, istrinya menjawab “Kangkung…” sambil tangannya terus mengaduk masakan yang belum matang di atas kuali.
“Hhmmm…” suaminya menghela napas panjang.“Ia ma, tapi udah seminggu lebih ini sayurnya koq kangkung melulu? Apa tidak ada lagi sayuran lainnya ya?” tanya suaminya seperti mengeluh.
“Tapi rasanya selalu beda, tho Paa..” jawab istrinya seraya mematikan kompor.
“Ia siiih…tapi bosan juga kalau tiap hari makannya itu-itu saja, Ma” ujar suaminya seraya membantu istri menurunkan kuali dari atas kompor.
Istri memandang suaminya, dengan senyumnya yang tulus berkata “Paaa…sabar ya. Tiap hari saya liat Papa sibuk di FB hanya bahas politik melulu sampe habis waktu berjam-jam. Mama amati, sudah sebulan lebih lho.” Sambil mengelap tangannya, istri melanjutkan “Emang enak, kalau tiap hari makan kangkung?”
=========================
Menyadarkan seseorang, terkadang tidak cukup hanya dengan kata-kata. Dengan sikap yang setara dan bermakna sama, pesan yang ingin disampaikan terkadang lebih bernilai.
#by_PM_Pikirkan_Melangkahlah
=========================
Sepertinya, hampir setiap hari dalam 24 jam masyarakat hanya disuguhi berita tentang politik yang seolah semakin panas. Namun hal seperti ini tentulah hal yang biasa-biasa saja menurut saya. Setiap perubahan, dalam proses tentu ada dampaknya. Entah itu dari sisi positif menuju hal yang baik atau sebaliknya.
Hanya saja, apakah negeri ini hanya untuk mengurus hal-hal yang bersifat politis sajakah?
Apakah semua rakyat tiba-tiba sudah berubah menjadi ahli politik, pengamat yang handal serta serba tahu segalanya?
Apakah saling hujat-menghujat adalah identitas baru yang pantas sebagai sebuah prestasi bagi bangsa ini? Dan seterusnya.
Peran seluruh rakyat dalam membangun bangsa ini, akan menjadi indah jika kapasitas dan kapabilitasnya terserap dalam bidangnya masing-masing. Seperti halnya dalam membangun sebuah gedung megah, tentu harus berperan sesuai tugas dan kewenangan masing-masing personil yang terlibat di dalamnya.
Apa jadinya jika semua potensi justru hanya digunakan untuk satu hal yang sama dengan mengabaikan hal-hal lainnya?
Di sini, saya hanya ingin menjagak kita semua untuk sejenak berhenti, tenangkan hati dan pikiran. Fokuslah pada hal-hal penting yang mampu kita lakukan. Tidak hanya pandai bicara politik, karena politik itu mudah dibicarakan.
Dalam hal ini, saya tidak bermaksud mengatakan bahwa hal-hal seperti yang terjadi sekarang adalah hal yang tidak penting. Namun hanya sedikit cubitan agar kita ingat bahwa makan kangkung tiap hari ternyata sangat membosankan.
Bagi yang lebih doyan menu lainnya, silakan klik disini
Yang tidak suka, segera tinggalkan halaman ini.
Yang abstain, jangan bengong aja…coba kreatif dikit kasih komen, biar gak kesambet. Hehehe..
Jayalah negeriku, sejahtera bangsaku. (“Sebuah Doa”)