Mohon tunggu...
Kukuh C Adi Putra
Kukuh C Adi Putra Mohon Tunggu... Praktisi dan Pendidik | @kukuhcadiputra

GTK Inovatif Kategori Guru SMK Tahun 2023 dan 2024 - BBGP Jawa Tengah | Pengisi Selepas Subuh dan Bukan Sekadar Absen | Certified Trainer and Asessor BNSP RI

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Selepas Subuh : Transaksional ke Relasional, Menguatkan Bonding Guru dengan Murid

18 Oktober 2025   12:08 Diperbarui: 18 Oktober 2025   12:08 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kepatuhan dan Bonding Guru-Murid/Image by Gemini AI

Fokus Umum

Ada yang ganjil di udara pagi ruang-ruang kelas kita hari ini. Sebuah kesunyian yang lebih bising dari riuh rendah canda anak-anak zaman dulu. Di bangku-bangku itu, puluhan pasang mata mungkin menatap ke depan, tapi pikiran mereka berkelana di belantara digital yang tak terjamah oleh kapur dan spidol.

Sebagai seorang pendidik, saya merasakan getarannya setiap hari: sebuah jarak yang membentang, tak kasatmata namun terasa begitu nyata, antara guru dan murid. 

Kita, para guru, perlahan menjadi anomali---sosok yang hadir secara fisik, namun kian terasing dari semesta batin anak-anak didik kita. 

Ini bukan sekadar keluhan, melainkan sebuah elegi tentang ikatan suci yang mulai usang.

Dulu, guru adalah mercusuar. Wejangan guru adalah sabda, tatapan matanya adalah kompas moral. Kini, mercusuar itu harus bersaing dengan jutaan kilau lampu dari gawai di genggaman murid. Otoritas pengetahuan telah bergeser.

Namun, pudarnya wibawa guru bukan semata karena gempuran teknologi. Akar masalahnya lebih dalam: Tekanan kurikulum yang padat dan tuntutan standardisasi asesmen, seperti yang banyak dikaji dalam berbagai riset, memaksa guru "mengajar untuk ujian" (teach to the test). 

Akibatnya, seperti diungkap dalam sebuah meta-analisis oleh Roorda, D. L., dkk. (2011) dalam Review of Educational Research, interaksi otentik tergantikan oleh dril soal yang mekanis. Ditambah lagi dengan beban administrasi yang kian menjulang, waktu dan energi guru yang semestinya dicurahkan untuk membangun jembatan hati tersedot habis. Jadilah kita para juru catat yang kelelahan, bukan lagi para pemahat karakter.

Fokus Khusus

Jangan heran jika ikatan itu kian rapuh. Proses belajar-mengajar tereduksi menjadi sekadar transaksi informasi. Murid datang untuk "mengunduh" data, dan guru hadir untuk "mengunggah" materi. 

Tak ada lagi ruang untuk jeda, untuk sekadar bertanya, "Bagaimana perasaanmu hari ini, Nak?". Padahal, penelitian yang sama menegaskan bahwa kualitas hubungan afektif guru-Murid adalah prediktor tunggal terkuat bagi keterlibatan (engagement) dan prestasi akademis Murid.

Ketika ikatan ini hilang, ruang kelas menjelma menjadi pabrik, bukan lagi taman persemaian. Fenomena ini diperparah oleh pergeseran peran keluarga, di mana sekolah seringkali dibebani ekspektasi untuk menambal lubang pendidikan karakter yang tak tuntas di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun