Beberapa saat kemudian mootor tersebut dapat dihidupkan. Saraswati nama perempuanpemilik motor itu,  memberikan uang, namun di tolak oleh Asto Prasojo. Kedua remaja itu saling berkenalan. Kedua pelajar kelas 3 SMA tersebut melanjutkan hubungan  mereka sampai berpacaran.
Surabaya, 12 Juni 1962.
Setelah pengumuman lulus SMA, Asto Prasojo tidak melanjutkan, karena orang tuanya tidak mampu membiayai. Ayahnya terbelit hutang yang jumlahnya mencapai 850 juta pada Pak Gatot Sanusi, rekan bisnisnya. Ayah Asto Prasojo bisnis dibidang garmen, karena kalah saingan ia bangkrut, kena serangan jantung dan meninggal. Saraswati sendiri melanjutkan kuliah kedokteran di Universitas swasta di kota Surabaya.
Asto Prasojo menunggu agak lama kedatangan Saraswati, mereka berjanji bertemu di tempat biasa mereka bertemu, yaitu di Taman Remaja Surabaya. Asto Prasojo masih memakai baju seragam kerjanya, dia bekerja di PT. Barata Surabaya, yaitu pabrik alat-alat berat. Â Saraswati datang dengan menggunakan mobil biasa dia pakai Honda Civic warna silver. Dia memakai t-sirt, bermotif garis-garis kombinasi warna biru dan putih, dengan bawahan celana jeans.Â
Alangkah cantiknya wanita itu. Sebenarnya Asto Prasojo minder berpacaran dengan Saraswati. Pernah ia mengungkapakan perasaan tersebut, Â tetapi dengan lantangnya Saraswati mengatakan, bahwa keluarganya tidak ada yang materialistis.
" Asto jangan sekali-kali mengatakan minder!", Kata Saraswati
" Ehhh..iya dech!", jawab Asto Prasojo
" Kau seriuskan berpacaran dengan ku!",
" Iya Saraswati, aku sangat serius!',
" Aku brsumpah tidak akan menikah, jika bukan dengan kamu!", Ucapan Saraswati tidak main-main.
" jangan pakai sumpah-sumpahan deh!",