Mohon tunggu...
Kromo Aji
Kromo Aji Mohon Tunggu... Guru - Keluargaku sebagian dari surgaku

Menuimbuhkan minat menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buku Harian Karya Kromo Aji

18 Februari 2020   11:03 Diperbarui: 18 Februari 2020   11:09 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Besok kita ke Surabaya, aku tidak bisa menjawab sekarang!", kata Saras.

Kalimat terakhir dari Saras tersebut sangat membuat hati Pak Asto Prasojo bertanya-tanya.

****

Mulai dari Bandara Soekarno-Hatta sampai ke Juanda, Saraswati tidak mau berada dalam satu taxi. Ia memilih naik taxi, sendiri-sendiri. Dalam Pak Asto Prasojo bertanya-tanya, apa Saraswati tetap mencintainya seperti dulu. Kenapa harus naik taxi sendiri, apa ia lebih bijak dan tingkat religiusnya lebih tinggi. Batin Pak Asto Prasojo mulai berperang.

Sampai di rumah Pak Asto Prasojo, langsung masuk rumah. Terlihat di rumah hanya adan isterinya dan Pitaloka. Maka Pitaloka segera menelpon dua saudaranya yaitu Endro dan Hesti. 

Sambil menunggu anak-anaknya Pak Asto Prasojo pergi mandi, untuk menghilangkan kepenatannya, dalam hati dia berkata apakah taxi Saraswati ke sasar, padahal tadi sudah diberi alamat lengkap atau munkin mampir ke rumah keponakannya. Kedua anak Saraswati langsung dipersilahkan masuk   datang hampir bersamaan.

Sore sekitar pukul 16.00 WIB taxi Saraswati datang ia langsung dipersilahkan masuk ke rumahnya. Anak-anak  Pak Asto Prasojo  tidak ada yang mengenal Saraswati.

" Perkenalkan ini dr. Saraswati!", Pak Asto Prasojo

Ketiga anak Pak Asto Prasojo langsung memperkelalkan diri, demikian juga dengan Sulistianing Warni. Sementara itu  Pak Asto Prasojo lebih banyak diam. Setelah berbasa-basi. Saraswati memulai pembicaraan inti, ia bercerita hal didibahas antara Pak Asto Prasojo dengan dirinya. 

Termasuk keinginanan Pak Asto Prasojo menikahi dirinya. Ibu Sulistianing Warni dan anak-anaknya mendengarkan dengan wajah yang serius, mereka sangat tegang ibarat seorang pesakitan yang menunggu vonis dari hakim.

" Maaf Asto, aku tidak bisa menikah denganmu!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun