Mohon tunggu...
Krisyanti
Krisyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa pendidikan fisika di salah satu universitas di jakarta selatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Etika di Era 5.0 Melalui Penguatan Nilai-Nilai Religius dalam Pendidikan

15 Mei 2024   00:00 Diperbarui: 15 Mei 2024   00:11 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENTINGNYA ETIKA DI ERA 5.0 MELALUI PENGUATAN NILAI-NILAI RELIGIUS DALAM PENDIDIKAN

Penulis: Krisyanti 

"Good looking lebih ditonjolkan dibanding pentingnya etika bagi masyarakat yang nantinya akan memasuki era 5.0. Tampaknya pernyataan demikian akan disetujui oleh mayoritas anak zaman sekarang yang jauh menonjolkan penampilannya namun etika tidak diperhatikan. Pembahasan mengenai etika, cara bersikap, tata tertib, norma, dan istilah terkait tentunya sudah biasa terdengar oleh telinga gen z. Pasalnya, hampir tiap hari aktualisasi dari kebijakan pemerintah bab etika kerap menuai kontestasi baik dalam sistem penyelenggaran maupun tatanan strukturnya. Filosofis demikian yang memotivasi manusia memproyeksikan kata 'pendidikan' sebagai kampanye menggiatkan pemikiran dan tingkah laku yang baik. Sementara, pembelajaran diartikan proses masuknya informasi dari guru kepada murid mencakup keluaran ingatan, pengetahuan, serta metakognisi yang berdampak terhadap pemahaman (Tutty, 2022).

Satu jenis pendidikan nilai yang termaktub di dalam pendidikan nasional adalah pendidikan agama. Pendidikan agama mempunyai definisi yakni komposisi yang ada dalam kurikulum pendidikan dan mata pelajaran yang memusatkan siswa untuk memperdalam watak tiap masing-masing agama (Afdhal, 2023). Berbincang pasal tujuan, yaitu pendidikan sendiri mengandung tujuan pokok dan bukan perkara simplistik untuk dituntaskan yakni bertujuan menyongsong pembangunan di era baru, mengoptimalkan bakat dan kecakapan murid, serta memecahkan kontestasi sepanjang perjalanan hidupnya. Pada akhirnya, seorang peserta didik memiliki sikap dewasa dan terintegrasi melalui jati diri yang baik di masyarakat (Budiono, 2021). Adapun suatu wadah yang difungsikan menutut ilmu adalah lingkunga masyarakat. Lembaga tersebut berkonotasikan pada value yang kokoh. Nilai-nilai itu dijadikan komponen visi/misi guna membangun kepercayaan-kepercayaan yang termuat di kehidupan keseharian. Menetapkan landasan pengetahuan, sikap mulia, kemampuan mandiri, follow up pada pendidikan lebih lanjut merupakan tujuan pendidikan.

Beberapa masalah acap kali ditemukan dalam kasus masyarakat. Kacamata global memandang dunia bertambah cepat dan maju menyebabkan berubahnya aspek kehidupan salah satunya pendidikan yang wajib bersimbiosis dengan zaman. Masyarakat 4.0 adalah masyarakat informasi yang menyandarkan kepentingannya dengan basis jaringan. Intinya, bertujuan untuk masyarakat yang berpusat baik pembangunan ekonomi dan resolusinya menghadapi tantangan yang tercapai. Realisasinya ialah kolaborasi ruang cyber dan ruang fisik untuk menghasilkan data berkualitas (Feirrera, 2018). Implementasi masyarakat society 5.0 agar tidak menjadi konsep belaka, yakni dibutuhkan beberapa dimensi seperti kebijakan inovasi yang menyediakan platform publikasi. 

Society 5.0 merupakan era masyarakat yang berupaya menyeimbangkan kehidupannya dengan hadirnya teknologi yang tidak bisa dihindarkan. Titik temunya dengan pendidikan ialah dimana pendidikan menjadi salah satu urgensi dalam masyarakat dalam kesiapannya menghadapi masa depan yang kian dinamis dan singkat. Pendidikan tentang karakter dan kurikulum yang telah dimodifikasi beserta bahan untuk mengajar berupa informasi dan teknologi (IoT), Artificial Intellegence, Big Data, penyelarasan, dan sebagainya sebagai solusi guna merespon tantang era 4.0 (Syaraffudin, 2018).


Berkenaan dengan ajaran pendidikan dalam Islam di masyarakat, menjamin lahirnya kehidupan yang rukun dan tenteram sebagaimana sempurnanya sebuah aturan dan berfungsi secara benar, agama Islam wajib diaktualisasikan dalam empirisme keseharian. Implikasinya, guna meninggikan pelayanan pendidikan Islam mecakup madrasah atau sekolah, harus disampul ke berbagai matpel yang segaris. Sebagai salah satu bagian dari pendidikan, akhlak perlu disikapi dan dikritisi kebijakan metode pembelajaran saat ini. Etika, budi pekerti, moral, sebagai wujud beragama adalah maksud yang bertujuan menjadikan seseorang dapat memiliki iman, takwa, dan adab (Daulay, 2016).

Sedari dulu hingga kini, pembelajaran tentang akhlak sangat krusial disampaikan dalam dunia pendidikan sebagai upaya menstabilkan atau mengendalikan tingkah laku murid dalam persiapan menghadapi kehidupan masyarakat di era revolusi industri yaitu 4.0. Teknologi yang semakin lumrah tersedia, terjangkau, dan informasi sangat gamblang untuk diakses berbagai kalangan yang di dalamnya terdapat informasi yang patut diteladani dan tidak patut diteladani. Perlunya pembelajaran tersebut memberikan informasi baik dan buruk tentang informasi tata dan cara bertingkah laku di masyarakat. Realitanya, tidak sedikit perilaku siswa masa kini yang cenderung dalam aspek keburukan. Misalnya, gaya pakaian yang tidak sesuai orientalisnya, tidak sopannya anak kepada orang lain, guru yang dibantah murid, dan sejenis akhlak tercela lain. Generasi sekarang menganggap bahwa perangai demikian suatu dampak dari dinamisasi zaman atau bsa dikatakan sebagai tren.

Maka dari itu, dalam mewujudkan pendidikan masyarakat yang baik, kita harus memiliki pemikiran dan wawasan yang lebih luas. Alasan hal ini salah satunya yaitu pendidikan masyarakat dalam fungsi sosial. Fungsi sosial yang dimaksud adalah bagaimana sebuah dimensasi karakter dalam tinjauan aspek psikologis, bagaimana aspek nilai, bagaimana pola kerja keras seseorang, bagaimana pengukuran sopan dan tidaknya seseoang, bagaimana pula bentuk pengabdian, serta yang terakhir adalah terkait pengkategorian aspek budaya dalam diri seseorang yakni seperti penghargaan terhadap tradisi budaya. Jika tujuan dari penerapan nilai tersebut tercapai, maka masyarakat madani atau masyarakat beradab dapat terwujud.

Semua agama mengajarkan pengikutnya untuk hidup dengan sebuah keteraturan dalam lingkungan sosial. Namun, di sini megambil agama Islam karena mayoritas penduduknya adalah masyarakat beragama Islam. Nilai-nilai kehidupan ini dalam perspektif Islam biasa dikaitkan dengan akhlak. Pendidikan masyarakat yang berfokus pada perbaikan akhlak sosial berguna agar tercipta lingkungan yang nyaman dan tentram sekaligus beradab. Dalam pendidikan masyarakat ini, nilai nilai keteladanan Rasulullah sangat dapat diterapkan. Sehingga mempelajari akhlak Rasulullah adalah hal penting dalam pendidikan masyarakat. Rasulullah senantiasa mendidik umatnya agar selalu menghormati saudaranya dan tidak menimbulkan perpecahan. Beliau melarang hal-hal yang dapat merusak ukhuwah umatnya.

Dalam mempelajari akhlak Rasulullah ini bisa melalui hadits-hadits beliau. Dalam mempelajari hadits ini perlulah untuk kita mengetahui kualitasnya. Maka dari itu, pada karya tulis ini alan disajikan pendidikan masyarakat berupa akhlak sosial dengan meneladani Rasulullah melalui hadits-haditsnya lengkap dengan kualitasnya dan syarh nya. Yang nantinya, bertujuan untuk mewujudkan masyarakat ideal yakni masyarakat madani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun