Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Memantau Tren Angka: Positif, Sembuh, Meninggal

21 Oktober 2020   09:22 Diperbarui: 21 Oktober 2020   09:33 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Memantau angka tentunya mulai diminati semua orang - tidak terkecuali latar belakang pendidikan, ekonomi, status, dll., dari masing-masing orang. Semua punya kerinduan besar untuk melihat angka. Perubahan ini terjadi seiring merebaknya pandemi Covid-19. Dari pakar ekonomi sampai petani biasa, angka menjadi informasi favorit. Dulu, mereka yang rajin di ke bursa efek (stock exchange) yang betah melihat angka. Akan tetapi, kebiasaan ini mulai diminati dan menjadi trending topik.

Hari-hari ini, kita masih was-was dengan angka. Ketika melihat atau mendengar informasi seputar angka, pikiran mendadak gaduh, tiba-tiba cemas, panik, stres, takut, prihatin, semakin curiga, dan mengunci diri. 

Angka memang menakutkan akhir-akhir ini. Tiga beranda yang selalu menjadi episentrum pantaun semua orang selama ini adalah beranda positif, beranda sembuh, dan beranda meninggal. Siklusnya dua arah, di satu sisi menyetop laju dan di sisi lain menambah laju. Bagaimana dengan informasi angka hari ini?

Berita baik. Juru Bicara Nasional untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengungkapkan jumlah pasien yang sembuh bertambah 4.410 orang sehingga jumlah yang sembuh, hingga kemarin, telah mencapai 293.653 orang. Sebaliknya, jumlah pasien yang meninggal, hingga kemarin Rabu (20/10/2020), bertambah 117 pasien, sehingga total yang meninggal mencapai 12.734 orang. 

Dengan demikian, ada perubahan grafik angka mulai hari kemarin, dimana angka kematian mulai berkurang, sedangkan angka kesembuhan semakin meningkat. Perubahan grafik angka ini, patut diapresiasi pertama-tama karena perhatian pemerintah, kerja keras team medis, dan partisipasi kita semua untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19 ini.

Menurut Jubir Nasional Penangan Covid-19, Achmad Yurianto, akumulasi pasien sembuh berasal dari Jakarta sebanyak 202, Jawa Timur 86, Jawa Barat 28, Sulawesi Selatan 42, Bali 32, dan sisanya dari provinsi lain. Maka, resep-resep yang sudah dihimbau oleh pemerintah perlu dibuat. 

Angka di atas tentunya sewaktu-waktu akan bergerak lagi sesuai dengan kesadaran kita menghadapi pandemi ini. Jika kita sering bergerak ke sana ke mari dengan tujuan yang kurang jelas, angka pun ikut bergerak. Maka, diam di rumah, perlu dihidupi agar grafik angka di beranda positif dan beranda kematian sekurang-sekurangnya melambat dan berhenti.

Memantau angka tentunya mulai diminati semua orang - tidak terkecuali latar belakang pendidikan, ekonomi, status, dll., dari masing-masing orang. Semua punya kerinduan besar untuk melihat angka. Perubahan ini terjadi seiring merebaknya pandemi Covid-19. Dari pakar ekonomi sampai petani biasa, angka menjadi informasi favorit. Dulu, mereka yang rajin di ke bursa efek (stock exchange) yang betah melihat angka. Akan tetapi, kebiasaan ini mulai diminati dan menjadi trending topik.

Angka dalam dunia pendidikan juga menjadi momok menakutkan. Di bangku sekolah, angka mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap psikologi peserta didik. Ketika saya mendapat angka 5 untuk salah salah satu mata kuliah, angka ini justru menjadi duri yang tak kunjung berhenti menciptakan rasa sakit dalam diri. Maka, angka selalu mempunyai efek untuk kehidupan seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa kita, secara tidak sadar tengah hidup di dunia yang berseliweran angka.

Sudah hampir sebulan kita mendengar dan melihat berita tentang angka. Dari yang fantastis, soal pengeluaran dana bantuan untuk pandemi bernilai ratusan triliun, jumlah pasien positif hingga hari ini ada 368.842 pasien (Rabu, 20 Oktober 2020), angka defisit sektor ekonomi, pariwisata dll., hingga ke level -2,0 persen, kerugian banyak di bidang industri mencapai triliunan rupiah, sampai pada angka pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pengangguran sekitar jutaan orang. Di tengah situasi ini, kita perlu was-was juga dalam mengaudit angka.

Audit angka itu perlu. Untuk dana hibah, budget bantuan, dan mekanisme impor yang membutuhkan angka (dalam duit), kita perlu waspada. Jangan sampai, angka yang muncul di permukaan adalah kibul. Bisa saja demikian. Banyak peneliti saat sekarang memantau pergerakan pandemi Covid-19 sebagai wahana memanipulasi angka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun