Mohon tunggu...
Kristia N
Kristia N Mohon Tunggu... Guru - Penyuka kata

Menuang rasa, asa menjadi kata

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Momen Hangat Ramadan yang Dirindukan

16 April 2021   02:54 Diperbarui: 16 April 2021   03:03 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diolah dari shutterstock

Saat Ramadan, dari tahun ke tahun, ada hal yang identik dan khas. Namun ada pula hal yang tak berulang. Sehingga kita mungkin saja rindu dan ingin mengulang hal yang sudah berlalu itu.

Setelah menikah, saya harus menyediakan menu berbuka puasa sendiri. Ada banyak hal yang tak sama seperti sebelumnya.

Seperti kehilangan sesuatu, apakah ini yang disebut rindu? 

Kita mungkin bisa menghadirkan rangkaian kegiatan yang sama, menu berbuka yang sama seperti yang ibu kita sediakan. 

Namun tak akan pernah bisa menghadirkan nuansa hangat bersama keluarga seperti sebelumnya.

Menu minuman khas yang biasa ibu saya sediakan tidaklah elit apalagi viral. Hanya kombinasi cincau-air gula ataupun cincau-santan.

Adik-adik saya masih terpikat dengan minuman manis dari tepung-rasa tiruan buah berbungkus yang diblender di pasaran.

Sudah sering saya jelaskan bahwa minuman dalam kemasan seperti itu tidak baik walaupun halal. Mulai dari karies gigi hingga pencetus diabetes usia dini.

Namun ya, mungkin di situlah kekuatan pengaruh citra iklan, anak kecil tetap termotivasi membeli minuman pemanis buatan ini.

Yang paling saya senangi adalah minuman yang tidak beli nan menyehatkan. Air kelapa muda hasil pohon sendiri.

Nyaris setiap hari saat Ramadan, ayah saya membawa 'satang' ke kebun kelapa di seberang rumah. Satang ini sejenis kayu untuk 'njuluk' atau memetik kelapa.

Saya kebagian mengeruk isi kelapa dan menyiapkan wadah air kelapanya, setelah ayah atau adik laki-laki yang mengupasnya.

Terkadang, saya sendiri mengayunkan parang untuk mengupas kelapa muda. Hasilnya, sabut kelapa muda bertebaran, air kelapa muncrat dan kelapa tidak terbelah dengan satu tebasan. Setidaknya, bisa mengupas sendiri.

Menyiapkan menu kelapa muda ini, biasanya adalah aktivitas yang paling dekat dengan berbuka puasa. Ada momen hangat yang lain sebelum itu.

Misalnya, sesudah Zuhur saja, Ibu saya sudah repot memasak di dapur. Paling, saya turut mengupas bawang. Setelah agak sore, saya turut serta mencuci dan mengiris cincau lalu merebus air gula. Selang hari lain, bisa dengan menyiapkan santan.

Adik laki-laki saya yang masih kecil, bepergian dengan ayah saya untuk berburu menu yang tidak dibuat di rumah. Terkadang, bahkan makanan ini justru dinikmati saat sahur keesokan harinya. Tak habis saat berbuka.

Di momen anak-orang tua seperti inilah, kehangatan keluarga bisa dirasakan. Obrolan dari utara hingga ke selatan. Dari situasi jamaah Tarawih hingga tempat-tempat mana saja yang membuka warung dadakan.

Hingga tak terasa azan berkumandang dan sekeluarga mengelilingi meja makan.

Setelah tidak lagi bersama keluarga karena membangun keluarga baru, barulah terasa betapa berarti Ramadan dan segala rutinitasnya. Apalagi, keterlibatan sesama anggota keluarga dalam menyiapkan menu berbuka puasa.

Singkat cerita, jangan sampai kita sia-siakan momen Ramadan dengan selain bersama keluarga. Bila tidak memungkinkan bersama keluarga, rangkul momen ini bersama rekan-rekan kita atau bahkan keluarga baru kita. Lakukan dengan sepenuh hati karena kelak akan menjadi momen berarti.

Bukan hanya karena eksklusifitas momen yang hanya sebulan. Kita bahkan tak tahu apa masih bisa bertemu Ramadan tahun selanjutnya.

Mengenang Belinyu.

Sungailiat, 02.11, puasa hari ke-4 1442/2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun