Mohon tunggu...
Kristabel JennieRiadi
Kristabel JennieRiadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Psycology'22

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

The Will to be An Independent Woman

19 November 2022   08:20 Diperbarui: 19 November 2022   08:23 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia tidak dapat memilih ingin terlahir sebagai perempuan ataupun laki-laki. Tetapi manusia dapat menentukan dan memilih masa depan serta jalan hidup yang hendak ditempuhnya dalam menjalani kehidupan. Menjadi perempuan tentunya tidak semudah yang dibayangkan. Perempuan dianggap tidak layak jika derajatnya dan harga dirinya lebih tinggi dibandingkan laki-laki, padahal pada hakikatnya derajat serta martabat antara laki-laki dan perempuan itu setara.

Sudah menjadi stigma dalam masyarakat yang mengatakan bahwa perempuan selayaknya itu tidak perlu mengejar pendidikan dan karir terlalu tinggi, karena ujung-ujungnya pun akan bekerja di dalam rumah. Mendengar stigma-stigma yang beredar dalam masyarakat, banyak perempuan yang ingin membuktikan bahwa mereka bisa hidup menurut hasil kerja kerasnya sendiri dan tidak bergantung pada siapapun. Kerasnya dunia saat ini membuat wanita tidak tertarik pada hal lain selain mengejar karir dan pendidikan sehingga dapat secara jelas mematahkan stigma-stigma tersebut.

Walaupun ada banyak perempuan yang mempersepsikan bahwa hidupnya berat dan menderita, tetapi tidak sedikit juga wanita yang memutuskan untuk menjadi independent woman karena ia berhasil bangkit dari kesulitannya dan berani mengambil keputusan untuk membuat perubahan dalam hidupnya.

Seperti pengantar artikel, manusia tidak bisa memilih akan dilahirkan sebagai perempuan atau laki-laki. Namun, yang paling penting adalah bagaimana mereka bisa MENENTUKAN dan MEMILIH apa yang akan menjadi jalur hidupnya. Setiap orang tentunya memiliki kehendak untuk mengambil setiap pilihan hidupnya tanpa dipengaruhi hal lain. Sebab manusia adalah raja dari kehendaknya. Begitupun juga seorang independent woman yang memiliki kehendak dan keinginan atas dirinya. Kehendak yang dimiliki independent woman ini terkait dengan kehendak untuk berkuasa.

Mungkin mata perempuan juga dipenuhi rasa marah dalam dirinya jika terus menerus mendengar, "Sudah, kamu tidak usah bekerja. Di rumah saja kamu!". Dalam kehidupan keluarga, perempuan bisa saja merasa terbebani oleh tekanan, bisa jadi karena mereka anak perempuan pertama, atau juga mereka merupakan anak tunggal. Dari tekanan-tekanan dalam hidupnya, bisa saja timbul kehendak untuk mengubah tekanan itu menjadi harapan.

Seperti yang dinyatakan dalam teori Friedrich Wilhelm Nietzsche mengenai kehendak untuk berkuasa, kehendak diartikan sebagai kekuatan yang memerintah terhadap dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada suatu yang ada diluarnya. Kehendak ini tentunya dimiliki seorang independent woman, karena ia menghendaki dirinya sendiri untuk bisa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Nietzsche menyatakan bahwa kehendak untuk berkuasa berarti membebaskan diri dari belenggu ketakutan. Hal ini tentunya berhubungan erat dengan sosok independent woman. Kehendak ini dimiliki independent woman supaya mereka merasa bebas dari kecemasan dan ketakutannya tentang jalur hidup yang ditempuhnya sekarang. Dengan memiliki kehendak untuk berkuasa, mereka akan berhasil melepaskan segala bentuk kekhawatiran yang dimiliki sehingga bisa bangun dan bangkit menjadi perempuan yang lebih kuat.

Kehendak untuk berkuasa ini layaknya "mental baja" yang dimiliki seorang independent woman.  Independent woman yang memiliki kehendak untuk berkuasa akan mencoba keluar dari zona nyaman mereka dan akan terus berjalan ke depan serta akan berusaha mematahkan stigma dalam masyarakat yang mengatakan bahwa perempuan itu kerjanya hanya di dapur dan cukup melayani suami saja. Kritik dan pematahan stigma yang banyak dilakukan oleh independent woman ini merupakan postmodernisme.

Mereka berusaha menolak bahkan membantah stigma dalam masyarakat yang mengatakan bahwa perempuan itu kerjanya hanya dirumah dan hanya perlu menggantungkan diri pada keluarga. Perempuan yang mandiri akan menyangkal hal tersebut, bahwa perempuan bisa hidup tanpa bergantung dengan orang lain. Perempuan juga memiliki kehendak untuk sekali saja bisa berkuasa atas dirinya sendiri. Ia memiliki kebebasan dan kehendak untuk menentukan bagaimana jalur hidupnya akan seperti apa. Bisa dengan cara mengejar karir atau pendidikannya. Dari kehendak untuk berkuasa milik Nietzsche itulah akan menjadikan independent woman sebagai manusia yang unggul.

Dengan pematahan stigma yang dilakukan oleh independent woman ini tentunya akan membuat banyak perempuan diluar sana yang belum berani keluar dari zona nyamannya akan menjadi lebih berani untuk berubah. Tidak harus dengan karir dan pendidikan, tetapi yang pasti setiap perempuan harus memiliki kehendak untuk berkuasa supaya tidak dianggap rendah oleh orang lain dan bisa menjadi manusia yang unggul. Setiap perempuan akan memiliki caranya masing-masing "to be independent woman".

Setiap manusia tidak bisa membuat semua orang lain bahagia, maka dari itu setiap manusia harus menemukan apa dan cara apa yang bisa membahagiakan diri mereka sendiri. Perempuan memiliki kehendak untuk bisa membahagiakan diri mereka tanpa harus ditekan dan ditindas oleh orang lain. Tidak semua orang akan puas dengan diri kita dan hasil kerja keras kita. Namun, jika kita bisa puas terhadap diri sendiri, itulah yang terpenting.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun