“JOMBO” Film animasi Indonesia oleh Visinema karya sutradara Ryan Adriandy yang sedang tren sungguh keren mengagumkan, berkelas dan entertaining. Cerita mengenai persahabatan Don (Prince Poetiray), anak gemuk yang sering diolok-olok dengan panggilan "Jumbo" ingin membalas perbuatan anak yang suka merundungnya, tapi sesosok peri bernama Meri (Quinn Salman) meminta pertolongan Don untuk disatukan kembali dengan makam keluarganya yang dirusak.
Don, Mae, Nurman dan Atta serta peri “Meri”, mengalir dan membuat kita terhanyut tentang loyalitas persahabatan dan kasih sayang dan pertemanan yang menyentuh hati dan edukatif, juga tema kehilangan orang yang disayang - membuat orang bisa imajinatif dan kreatif seperti Don - atau menjadi toxic dan berperan antagonis seperti pak Lurah dalam cerita. Visualnya colorful, menarik dan berkualitas.
Musik dan lagu “kumpul bocah” begitu terdengar riang dan bisa relate dari generasi baby boomer sampai generasi Alpha. Dengan bangga “Jumbo” telah menembus 6 juta penonton dan masih ramai penonton segala umur. Penulis bersama larut dalam nuansa gembira bersama anak-anak, orang tua hingga lansia. Segala usia, semua gembira menikmati film 1 jam 40 menit dan tanpa terasa waktu berlalu usai menonton dari gedung bioskop.
Hingga 23 April 2025, "Jumbo" dengan perolehan 6.488.905 penonton berhasil menempatkannya di posisi ke-8 dalam daftar film terlaris di Indonesia. Hanya kurang 206.004 penonton lagi yang bisa didapatkan hari ini untuk menggeser posisi "Avatar: Way of Water.
Keberhasilan Jumbo menjadi era baru industri animasi Indonesia yang bangkit dan maju. Pasalnya dari 9 film animasi Indonesia yang tayang di layar lebar dalam satu dekade terakhir, prestasi Jumbo berada di tahapan yang jauh lebih tinggi.
Bahkan pencapaian Jumbo ini telah melampaui rekor Mechamato, film animasi Malaysia yang sebelum ini menjadi fim animasi Asia Tenggara terlaris. Dengan memiliki kualitas dan strategi promosi yang komprehensif, film Jumbo berhasil meraih kesuksesan besar dan menjadi kebanggaan bagi industri film animasi Indonesia saat ini.
Promosi ini didukung oleh kolaborasi antara Jumbo dan pemerintah melalui Kemenparekraf dan BUMN Holding Industri Aviasi dan Pariwisata Indonesia. Kolaborasi ini diimplementasikan dengan promosi 'Jumbo' di berbagai aset dan fasilitas pemerintah seperti di tempat wisata Prambanan, Bandara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang, Bandara Internasional Juanda Surabaya, dan Bandara Internasional Yogyakarta.
Pencapaian film animasi Jumbo menyoroti pentingnya sinergi antara pelaku industri dan pemerintah jika ingin memiliki industri animasi yang berkembang pesat dan menghasilkan karya-karya yang bisa bersaing. Bagaimana pun poduksi film animasi di Indonesia masih menghadapi tantangan sehingga membutuhkan proses yang panjang. Sebagai contoh, Jumbo diproduksi selama lima tahun dengan melibatkan lebih dari 400 animator, tentunya dengan pendanaan yang tidak sedikit.
Di sinilah peran pemerintah menjadi sangat penting. Dukungan melalui program-program strategis dan insentif, khususnya dalam pembiayaan, dapat menjadi katalisator untuk mempercepat pertumbuhan industri animasi dalam negeri. Setelah rilis lebih dulu di Tanah Air pada Lebaran 2025. Film Jumbo akan tayang secara global di 17 negara mulai bulan Juni.
Setelah sukses di dalam negeri, Jumbo akan tayang di bioskop Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam mulai Juni 2025. Film ini juga akan hadir di sejumlah negara Asia Tengah dan Eropa, seperti Rusia, Belarus, Ukraina, Moldova, Armenia, Azerbaijan, Georgia (termasuk Abkhazia dan South Ossetia), Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan, Estonia, Latvia, dan Lithuania.
Jumbo merupakan hasil kolaborasi lebih dari 420 kreator Indonesia. Proyek ini digarap selama lima tahun sejak 2019. Sutradara sekaligus penulis naskah, Ryan Adriandhy, menyebut film ini sebagai bentuk dedikasi anak bangsa dan ditujukan untuk memperkuat industri animasi Indonesia.