Ketika rekan kerja saya mengatakan bahwa ia mendatangkan sejumlah buku, ia bertanya kepada saya, tempat yang cocok untuk menempatkan buku-buku itu. Kebetulan ada satu ruangan yang tidak digunakan sebagai ruang belajar. Ia pun meminta pendpaat saya, seandainya ruangan itu difungsikan untuk meletakkan buku tersebut.Â
Saya mengusulkan untuk memanfaatkan ruangan tersebut sebagai Pojok Baca. Saya membayangkan kalau itu benar terwujud, bakal keren banget! Berharap bahwa ruang Pojok Baca bisa buat siswa menjadi lebih semangat membaca, mengasah imajinasi, dan meningkatkan prestasi belajarnya.Â
Ide membuat Pojok Baca ini muncul karena keprihatinan pada fenomena literasi baca di sekolah yang saat ini masih jadi tantangan di banyak tempat. Banyak siswa kurang berminat untuk membaca karena lebih tertarik pada gadget. Di saat yang sama, fasilitas baca di banyak sekolah belum sepenuhnya merata.Â
Baca juga:Â Kopi Naga Bulan, Tawaran Cita Rasa Tempoe Doeloe
Meskipun demikian, sekolah sebenarnya sudah terus menerus dengan aktif mendorong budaya membaca lewat pojok baca dan program menarik lainnya. Memang, dorongan membaca tidak bisa dilakukan oleh 1-2 pihak. Perlu kolaborasi antara guru, orang tua, siswa, pemerintah dan masyarakat agar literasi membaca semakin maju. Â
Berkaca dari data terbaru, kondisi literasi baca siswa di Indonesia, termasuk Jakarta, berdasarkan Asesmen Nasional tahun 2023, hanya sekitar 34% siswa SMP yang mencapai kompetensi minimum literasi membaca. Banyak yang bisa "membaca tapi tidak paham".Â
Hasil Studi PISA tahun 2022 menunjukkan bahwa skor membaca siswa Indonesia berada di angka 359 poin. Angka ini berada jauh di bawah negara tetangga seperti Singapura (543) dan Vietnam (462).Â
Sebagai informasi, PISA merupakan suatu studi internasional di bidang pendidikan. PISA diselenggarakan oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development). Tujuannya untuk mengevaluasi dan membandingkan kinerja sistem pendidikan antarnegara melalui tes literasi dasar membaca, matematika, dan sains pada siswa berusia 15 tahun.
Data lainnya adalah hasil survei dari GoodStats pada tahun 2025. GoodStats mencatat hanya sekitar 20,7% siswa yang rutin membaca buku setiap hari. Sisanya, hanya sesekali atau bahkan jarang membaca. Di Jakarta, meski fasilitas sudah lebih baik, situasinya tetap menantang, banyak siswa masih memiliki kemampuan dasar membaca dan memahami yang rendah.
Dengan kata lain, minat dan kemampuan literasi baca di sekolah masih memerlukan dorongan yang besar melalui program kaya seperti Pojok Baca dan Budaya Literasi Sekolah lain yang mendukung. Â