Di banyak rumah tangga, ibu biasanya yang paling dekat dengan anak, sehingga punya peran sentral dalam membentuk kebiasaan digital mereka.
Saya percaya, ibu bukan hanya penjaga gizi dan waktu tidur, tapi juga penjaga akses digital. Perannya mirip kurator: menyaring, mengarahkan, dan mendampingi anak menjelajahi dunia maya. Bukan dengan menakut-nakuti, tapi lewat kepercayaan dan komunikasi terbuka.
Kebiasaan anak saya yang selalu minta izin saat meminjam HP adalah hasil dari proses panjang-percakapan yang jujur, aturan yang konsisten, dan kesadaran bahwa tidak semua informasi di internet layak dikonsumsi.
Hasil yang Mulai Terlihat
Setelah bertahun-tahun, saya melihat buahnya. Anak saya tidak cemas meski tidak punya HP pribadi. Ia juga tidak mudah tergoda tren game atau media sosial. Justru ia lebih suka membuka kanal edukatif, membaca artikel sejarah, atau menonton dokumenter.
Pernah suatu kali, ia meminjam laptop hanya untuk menonton dokumenter tentang Hari Pahlawan. Setelahnya, ia bahkan membuat konten berjudul "Perang Surabaya: Kisah di Balik Hari Pahlawan" di kanal YouTube kami.Â
Yang membuat saya bahagia bukan sekadar kontennya, tapi sikap yang terbentuk: bertanggung jawab, bisa mengendalikan diri, dan menghargai aturan sebagai proses, bukan beban.
Orang Tua dan Sekolah: Berjalan Beriringan
Sekolah memang tempat utama anak belajar, tapi tanpa dukungan orang tua, pendidikan tidak akan utuh. Guru bisa menanamkan ilmu dan nilai di kelas, tapi orang tualah yang memastikan itu hidup di rumah.
Dalam literasi digital misalnya, sekolah berusaha mengenalkan teknologi secara bijak lewat platform belajar atau literasi media. Namun tanpa pendampingan orang tua, anak bisa menjadikan gadget hanya hiburan. Maka, orang tua perlu jadi mitra: meneruskan, memperkuat, dan menjaga konsistensi kebiasaan baik yang ditanamkan guru.
Kalau sekolah membentuk budaya literasi, maka rumah memastikan budaya itu tidak "bubar jalan." Anak pun tidak hidup di dua dunia yang bertolak belakang-satu tertib di sekolah, satu bebas di rumah-melainkan tumbuh dalam pola pendidikan yang selaras.
Bersama Dukung Anak Raih Pendidikan Berkualitas
Pendidikan berkualitas tidak lahir dari sekolah saja. Ia lahir dari kerja sama: guru yang membimbing di kelas, orang tua yang mendampingi di rumah, dan anak yang belajar mengambil tanggung jawab.