Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Teman belajar

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Literasi Digital Dimulai dari "Boleh Pinjam HP, Ma?"

19 Agustus 2025   20:15 Diperbarui: 19 Agustus 2025   20:15 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu yang sedang mendampingi anaknya dalam menggunakan laptop | Sumber: shutterstock

Di banyak rumah tangga, ibu biasanya yang paling dekat dengan anak, sehingga punya peran sentral dalam membentuk kebiasaan digital mereka.

Saya percaya, ibu bukan hanya penjaga gizi dan waktu tidur, tapi juga penjaga akses digital. Perannya mirip kurator: menyaring, mengarahkan, dan mendampingi anak menjelajahi dunia maya. Bukan dengan menakut-nakuti, tapi lewat kepercayaan dan komunikasi terbuka.

Kebiasaan anak saya yang selalu minta izin saat meminjam HP adalah hasil dari proses panjang-percakapan yang jujur, aturan yang konsisten, dan kesadaran bahwa tidak semua informasi di internet layak dikonsumsi.

Hasil yang Mulai Terlihat

Setelah bertahun-tahun, saya melihat buahnya. Anak saya tidak cemas meski tidak punya HP pribadi. Ia juga tidak mudah tergoda tren game atau media sosial. Justru ia lebih suka membuka kanal edukatif, membaca artikel sejarah, atau menonton dokumenter.

Pernah suatu kali, ia meminjam laptop hanya untuk menonton dokumenter tentang Hari Pahlawan. Setelahnya, ia bahkan membuat konten berjudul "Perang Surabaya: Kisah di Balik Hari Pahlawan" di kanal YouTube kami. 


Yang membuat saya bahagia bukan sekadar kontennya, tapi sikap yang terbentuk: bertanggung jawab, bisa mengendalikan diri, dan menghargai aturan sebagai proses, bukan beban.

Orang Tua dan Sekolah: Berjalan Beriringan

Sekolah memang tempat utama anak belajar, tapi tanpa dukungan orang tua, pendidikan tidak akan utuh. Guru bisa menanamkan ilmu dan nilai di kelas, tapi orang tualah yang memastikan itu hidup di rumah.

Dalam literasi digital misalnya, sekolah berusaha mengenalkan teknologi secara bijak lewat platform belajar atau literasi media. Namun tanpa pendampingan orang tua, anak bisa menjadikan gadget hanya hiburan. Maka, orang tua perlu jadi mitra: meneruskan, memperkuat, dan menjaga konsistensi kebiasaan baik yang ditanamkan guru.

Kalau sekolah membentuk budaya literasi, maka rumah memastikan budaya itu tidak "bubar jalan." Anak pun tidak hidup di dua dunia yang bertolak belakang-satu tertib di sekolah, satu bebas di rumah-melainkan tumbuh dalam pola pendidikan yang selaras.

Bersama Dukung Anak Raih Pendidikan Berkualitas

Pendidikan berkualitas tidak lahir dari sekolah saja. Ia lahir dari kerja sama: guru yang membimbing di kelas, orang tua yang mendampingi di rumah, dan anak yang belajar mengambil tanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun