Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Teman belajar

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ramadan Go Green: Kurangi Sampah, Mulai dari Dapur Kita

14 Maret 2025   15:17 Diperbarui: 14 Maret 2025   15:17 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: shutterstock

Pernahkah kita menyadari bahwa Ramadan, yang seharusnya menjadi bulan penuh berkah dan kesederhanaan, justru sering kali diiringi dengan peningkatan jumlah sampah rumah tangga? Dari sisa makanan yang terbuang hingga penggunaan plastik berlebihan, dapur menjadi salah satu sumber utama limbah selama bulan suci ini.

Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa volume sampah meningkat sekitar 15-20% selama Ramadan, dengan sebagian besar berasal dari sampah makanan dan plastik sekali pakai. Survei BPS tahun 2021 juga mencatat bahwa hampir 30% makanan yang disiapkan saat Ramadan berakhir menjadi limbah. Ironisnya, di tengah peningkatan konsumsi ini, masih banyak masyarakat yang mengalami kesulitan akses pangan.

Padahal, Ramadan adalah momen refleksi diri, termasuk dalam pola konsumsi dan kepedulian terhadap lingkungan. Kebiasaan berbelanja berlebihan, memasak dalam jumlah besar, dan penggunaan wadah sekali pakai justru membuat Ramadan menjadi bulan yang penuh pemborosan.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menerapkan konsep Ramadan Go Green, yaitu mengurangi sampah mulai dari dapur sendiri. Dengan langkah sederhana seperti belanja bijak, memasak secukupnya, dan mengelola sampah dengan baik, kita bisa menjadikan Ramadan lebih ramah lingkungan tanpa mengurangi esensi ibadah.

Mengapa Ramadan Sering Kali Memicu Lonjakan Sampah?

Bulan Ramadan identik dengan peningkatan konsumsi, baik dalam jumlah maupun variasi makanan. Sayangnya, hal ini juga berbanding lurus dengan peningkatan jumlah sampah. Beberapa faktor yang menyebabkan lonjakan sampah selama Ramadan antara lain:

1. Kebiasaan Berbelanja Berlebihan saat Ramadan

Banyak orang tergoda untuk membeli bahan makanan dalam jumlah besar dengan alasan persiapan sahur dan berbuka. Supermarket dan pasar tradisional pun menawarkan berbagai promo menarik yang sering kali membuat konsumen membeli lebih dari yang dibutuhkan. Survei BPS menunjukkan bahwa pengeluaran rumah tangga meningkat hingga 40% selama Ramadan, yang sering kali berujung pada pemborosan.

2. Makanan Berlebih yang Akhirnya Terbuang (Food Waste)

Ketika berbuka puasa, banyak orang cenderung menyiapkan makanan dalam jumlah banyak karena nafsu makan yang meningkat setelah seharian berpuasa. Namun, kenyataannya, tidak semua makanan tersebut habis dikonsumsi. Menurut laporan Waste4Change, sekitar 1,3 juta ton makanan terbuang setiap tahunnya di Indonesia, dengan peningkatan signifikan selama Ramadan.

3. Penggunaan Plastik Sekali Pakai yang Meningkat

Kebiasaan membeli takjil dan makanan berbuka di luar rumah turut menyumbang limbah plastik yang signifikan. Kantong plastik, wadah styrofoam, dan sedotan plastik banyak digunakan untuk membungkus makanan dan minuman. Data dari KLHK mencatat bahwa 60% sampah plastik di Indonesia berasal dari kemasan makanan dan minuman, yang sebagian besar tidak terkelola dengan baik.

4. Kurangnya Kesadaran dalam Mengelola Sampah Dapur

Minimnya kebiasaan memilah sampah di rumah juga memperparah masalah ini. Sisa makanan yang seharusnya bisa dikomposkan sering bercampur dengan sampah anorganik, sehingga sulit untuk didaur ulang. Selain itu, tidak banyak yang memiliki inisiatif untuk mengolah kembali makanan sisa atau berbagi dengan yang membutuhkan.

Lonjakan sampah selama Ramadan menjadi tantangan yang perlu disadari dan diatasi. Dengan perubahan kecil dari dapur kita sendiri, seperti belanja lebih bijak, mengurangi kemasan plastik, dan mengolah sisa makanan, kita bisa membuat Ramadan lebih bermakna dan ramah lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun