Hasil Mentimeter di awal pelatihan membuka mata: rata-rata Bank Sampah binaan Pegadaian sudah melaksanakan empat kali edukasi sepanjang September dalam rangka Gerakan Edukasi Indonesia Bersih. Menghitung 90+ perwakilan Bank Sampah yang menjadi responden survei mentimeter, 90 BS x 4 edukasi = 360 kali kegiatan edukasi.
Jika rata-rata jumlah peserta setiap edukasi adalah 30 orang, 360 kali kegiatan edukasi berarti 10.000+ orang telah mendapat Edukasi dari Program Gerakan Edukasi Indonesia Bersih yang dicanangkan oleh PT Pegadaian.
Capaian ini patut dibanggakan, meski para pengurus tetap mengakui adanya tiga tantangan utama: grogi, keterbatasan waktu, dan kesibukan pribadi.
Namun hal yang membuat saya kagum, meski jadwalnya mendadak, para pengurus Bank Sampah tetap meluangkan waktu mengikuti Pelatihan yang diselenggarakan oleh Bidang Pelatihan FORSEPSI. Ada semangat belajar yang luar biasa, terutama untuk menyerap strategi langsung dari narasumber yang namanya sudah harum di dunia persampahan: Mina Dewi Sukmawati, Ketua Umum FORSEPSI.
Bu Mina memberi trik yang sederhana, tapi dalam: edukasi harus problem-based.Â
Jangan hanya sekadar menyampaikan materi, melainkan menjawab persoalan nyata yang dihadapi masyarakat. Di sinilah edukator dituntut untuk tailored, menyelam ke kebutuhan warga, bukan hanya membacakan modul.
Semangat peserta semakin terpompa karena hadir langsung Pak Rully, Kadiv ESG sekaligus EVP Pegadaian. Beliau memberi arahan tentang target besar FORSEPSI: dari 425 bank sampah binaan hari ini, menuju 4.250 bank sampah di masa depan. Beliau menekankan bahwa pengelolaan bank sampah harus tertib, ada tata kelola yang rapi, ada pelaporan yang bisa dipertanggungjawabkan. Bank Sampah harus memiliki semacam rapor sekolah: terukur dan transparan.
Yang paling membekas di penghujung acara adalah pesan Bu Mina: "Menjadi edukator bukan hanya menunaikan tugas dari Pegadaian, tetapi menjadi role model perubahan perilaku."Â
Hubungan Bank Sampah dengan Pegadaian adalah Hubungan Mutualisme
Sampah yang dipilah bisa ditabungkan, emas menjadi identitas, dan setiap rupiah hasil penjualan sampah nilainya meningkat ketika masuk Tabungan Emas Pegadaian. Keuntungan yang diperoleh Pegadaian tak serta merta berupa nilai tabungan emasnya, melainkan lebih ke citranya sebagai BUMN "peduli wong cilik", alias yang benar-benar memberdayakan masyarakat.