Syahdu sekali alunan lagu "Malam Kudus" terdengar di telinga dan sela-sela jiwaku.
Membawaku terhanyut tentang kasih Tuhan yang begitu besar telah dicurahkan bagiku tanpa syarat.
Kehadiran bayi kudus yang mungil, bersih tanpa noda, siap menjadi tebusan segala dosa dan nista hidupku.
Tanpa kusadari, bendungan netra fana, seakan tak mampu menahan terjangan jiwa meronta yang telah terluka dan tersakiti.
Memuntahkan segala kepedihan dan penyesalan diri atas kelemahan yang telah diperbuat sepanjang waktu diberi.
Entah mengapa dan bagaimana, bayangan penuh jelaga yang begitu hitam, hadir tanpa kupinta.
Seakan menghantar diriku pada permenungan tentang kerahiman Allah yang selalu ditawarkan bagiku.
"Pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain," seakan mengajak diriku berbalik arah untuk pulang meninggalkan segala cerita yang terjadi antara aku, dia dan dia.
Aku takmampu berkata untuk merayu kantung netra mengusir kesedihannya, dan berharap bulir bening tertahan agar tak jatuh di punggung pipi penuh nestapa.
Dan ternyata, bulir bening pertobatan itu pun harus dikorbankan untuk menghapus semua dosa-dosa yang telah dilakukan.