Maklum, ibu RT ini sekarang masih menjadi siswa PGTK di Jerman. Dengan bekerja dan atau sekolah selama 8 jam per hari, tentu rasanya penat selama setahun pendidikan.Â
Makanya, tidak boleh disia-siakan kesempatan jalan-jalan ke negara tetangga. Ia merasa tabungannya sudah cukup mengingat tiap bulan ada sokongan dari lembaga, jadi bisa digunakan untuk traveling yang bermanfaat.
Norwegia dipilih karena teringat salah satu kawan baiknya, Dr. Thien  yang pernah mengisi zoom tentang Auroa di Greenland. Norwegia juga merupakan daerah hijau di wilayah EU yang bisa didatangi selama masa pandemi, dengan mengantongi kartu digital vaksin EU.Â
Ini sangat menguntungkan karena antrian yang sudah divaksin lebih sedikit, 1-2 meter, sedangkan antrian orang yang PCR, sampai 20 meteran. Perjalanan lancar, tinggal ngasih liat aplikasi di HP.
Perjalanan 6 jam ke Oslo dari Jerman (2 jam dari Zuerich ke Amsterdam, transit 2 jam, Amsterdam-Oslo 2 jam) sudah bukan hal yang berat karena Gana sudah terbiasa pakai masker selama 8 jam baik ketika bekerja atau sekolah selama 1 tahun. Yang tidak terbiasa pakai masker, pasti berat naik pesawat lama-lama. Jangan malas pakai masker, ya? Training, tuh.
Dengan berbekal ransel 3 kg, banyak tempat wisata yang dikunjungi meski hanya selama 5 hari. Semuanya dengan jalan kaki (10-18 km/hari), kecuali yang nyebrang laut harus pakai kapal karena kalau berenang bisa jadi es lilin. Adem.
Selain legenda Viking yang dikunjunginya di Museum Viking yang tahun ini tutup dan baru dibuka entah kapan setelah renovasi, Gana mengunjungi museum Yahudi, rumah para korban Nazi, kuburan-kuburan tua berumur ratusan tahun dari para tokoh Oslo, pulau-pulau kecil di sekitar Oslo, KBRI Oslo untuk menghadap bapak dubes, shopping street, food street, royal palace, institut Nobel dan Vogelland Park.Â
Berjalan sendirian di sana rupanya aman dan nyaman. Ditambah, suasana di sana seperti corona sudah lewat. Rasanya beda, tapi Gana tetap pakai masker, supaya nggak sakit sampai kembali melewati Swiss dan Jerman nanti.
Seru banget, deh.
Terima kasih kepada bapak Dubes, mas Hendra pensosbud, pak Aldi bagian ekonomi KBRI Oslo, bapak kaprodi D3 Keperawatan Blora  bapak Joni Iswanto, S.Kp, M.Kes dan kajur bapak Suharto, S.Pd, MN, Kompasianer Yuni Astuti sebagai salah satu dosen dan mahasiswa (Restika cs) yang membantu terselenggaranya acara kerjasama dengan Koteka ini. Semoga membawa manfaat dan menginspirasi di masa mendatang.
Nah, dari Oslo, mimin Koteka ajak kalian semua ke Nepal. Mas Rahmat Hadi akan  berbagi pengalamannya naik gunung Everest di sana. Mas Hadi yang buka cafe kopi di Yogyakarta ini akan menggungah kita semua yang masih muda dan suka naik gunung atau pecinta alam untuk mengikuti jejaknya.Â