Mohon tunggu...
rizqa lahuddin
rizqa lahuddin Mohon Tunggu... Auditor - rizqa lahuddin

hitam ya hitam, putih ya putih.. hitam bukanlah abu2 paling tua begitu juga putih, bukanlah abu2 paling muda..

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Kenapa Tiket Pesawat Bisa Murah dan Anomalinya di Indonesia

27 Maret 2019   19:08 Diperbarui: 28 Maret 2019   11:00 2453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ebook ryanair dan airasia yg menjelaskan cara kerja lcc

8. Strategi Lainnya

Ini dilakukan dengan mempercepat proses checkin melalui aplikasi atau web checkin. Semakin cepat penumpang naik pesawat, semakin cepat pesawat berangkat dan mengurangi biaya parkir. Pramugari maskapai LCC juga membersihkan pesawat tanpa perlu membayar perusahaan ground handling yang biasanya masuk ke pesawat untuk membersihkan sampah. 

Maskapai LCC juga tidak menaruh layar inflight entertainment di pesawat mereka karena 180 layar dalam satu pesawat menambah beban yang signifikan. Semakin berat pesawat, semakin banyak bahan bakar yang dibutuhkan, artinya menambah biaya operasional.

Mereka juga menjalankan strategi marketing non konvensional. Jarang sekali ada iklan maskapai LCC di televisi tetapi tanpa promosi pun orang masih memburu tiket promo dari Scoot atau Cebu Pacific. Untuk menarik minat orang bepergian, kadang mereka juga melakukan co-branding dengan kartu kredit atau membuka rute-rute baru yang potensial. 

Anomalinya di Indonesia

Dengan berbagai cara di atas, sepertinya wajar jika harga tiket pesawat maskapai LCC bisa ditekan 50% s.d 80% dari dari maskapai full service. Tetapi ruang gerak maskapai LCC tidak bisa selalu sama di tiap negara. Regulasi bisa berbeda-beda. Contohnya adalah pengaturan harga melalui batas atas dan bawah yang ada di Indonesia tidak ditemui di negara Thailand. 


Selain itu adanya LCC biasanya menggerus pendapatan maskapai full service yang bisa jadi merupakan perusahan National Flag Carrier milik negara seperti Malaysian Airlines. Berharap regulator (pemerintah) tetap netral saat perusahaan milik mereka (seperti Garuda Indonesia) terpuruk karena maskapai LCC juga belum tentu bisa terjadi. 

Kini dengan harga tiket yang sudah membuat masyarakat berteriak, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) juga mulai mengawasi apakah terjadi praktek kartel atau duopoly yang sampai saat ini masih diselidiki.

Beberapa pengamat menyatakan bahwa industri penerbangan adalah usaha yang high risk, low margin. Hanya sekedar cuaca buruk dan membuat pesawat tidak bisa landing, bisa mengganggu cashflow perusahaan. Apalagi jika sampai terjadi kecelakaan. Tetapi memahami cara kerja LCC dan kenapa harga tiket mereka bisa ditekan sedikit memberi pencerahan bahwa tidak selalu murah itu mengabaikan faktor keselamatan.

Walaupun sebenarnya di Indonesia ada juga maskapai LCC yang tetap menggunakan strategi "tertutup" untuk menekan harga tiketnya. Ngakunya LCC tapi masih buka banyak kantor di tiap kota, pakai pesawat Boeing dan Airbus sekaligus, tidak berusaha mendapatkan pendapatan lain seperti dari makanan, berani menginapkan pesawat di kota lain, dan kadang malah menggunakan aviobridge.

Entah bagaimana strategi perusahaan itu menekan harga, mungkin hanya pihak internal mereka yang tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun