Mohon tunggu...
Kopi santri
Kopi santri Mohon Tunggu... Lainnya - Berpeci pecinta kopi

Membaca atas nama Tuhan, Menulis untuk keabadian, Bergerak atas dasar kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Moderasi Beragama dalam Mewujudkan Sikap Toleransi dan Harmonisasi

19 Oktober 2021   11:56 Diperbarui: 19 Oktober 2021   12:02 1785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh: Mahasantri Berprestasi (dokpri)

Memahami Teks-Teks Keagamaan Secara Kontekstual

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki penduduk muslim terbanyak di dunia, dan hal ini menjadi sorotan urgent dalam hal moderasi Islam. Menurut ajaran Islam sendiri, moderasi merupakan ajaran inti, di mana Islam moderat ialah paham tentang kegamaan yang relevan dalam konteks keberagaman disetiap aspek, baik itu agama, adat istiadat, budaya, maupun suku dan bangsa itu sendiri (Dawing, 2017).

Oleh karenanya, pemahaman tentang moderasi beragama mesti dipahami secara kontekstual bukan sebatas tekstual belaka. Dalam hal ini, bisa kita artikan bahwa moderasi beragama dalam beragama di Indonesia bukanlah Indonesianya yang dimoderatkan. Tetapi, cara pandang dalam beragama itu sendiri yang harus moderat, sebab Indonesia sendiri merupakan negara yang kaya akan kultur, budaya, dan adat-istiadat. Selain daripada itu, setiap agama salah satunya agama Islam masuk di Indonesia dan mudah diterima oleh masyarakatnya secara turun temurun tidak terlepas dari sebuah akulturasi antara agama dan budaya di Indonesia. Hal itulah yang membuat masyarakat Indonesia berbondong-bondong memeluk agama yang sesuai dengan kepercayaan tanpa menghilangkan budaya serta adat isitadatnya.

Lebih lanjut, moderasi Islam ini dapat menjawab berbagai problematika dalam keagamaan dan peradaban global, dan yang tidak kalah pentingnya ialah muslim moderat mampu menjawab dengan lantang disertai dengan tindakan damai dengan kelompok berbasis radikal, ekstrimis dan puritan yang melakukan segala tindakannya dengan kekerasan (Fadl, 2005).

Dalam hal ini, paling tidak saat ini Islam dan umat Islam menghadapi dua tantangan baik secara lokal maupun blobal. Pertama, kecenderungan sebagian kalangan umat Islam untuk bersikap ekstrim dan terpacu dan konservatif dalam memahami teks-teks keagamaan dan mencoba memaksakan cara tersebut di tengah masyarakat muslim, bahkan pada beberapa hal tidak segan-segan menggunakan kekerasan. Keuda, kecenderungan lain yang juga bersifat ekstrim dengan bersikap longgar dalam beragama dan tunduk dan tunduk pada perilaku serta doktrin negatif yang berasal dari budaya dan peradaban lain. Dimana dalam upayanya mereka mengutip teks-teks keagamaan seperti Al-Qur'an dan Hadist dan karya-karya ulama klasik (turats) sebagai landasan dan kerangka pemikiran, sedangkan proses atau metode memaknai dalam mengambil sudut pandangnya masih secara tekstual dan terlepas dari konteks kesejarahan. Sehingga tak ayal mereka layaknya generasi yang terlambat lahir, karena hidup di tengah masyarakat modern dengan cara berfikir generasi terdahulu (Hanafi, 2013).

Definisi Moderasi Beragama

Secara garis besar, modererasi beragama adalah salah satu pemahaman mengenai agama dan pengamalan agama secara seimbang dan adil, tidak terlalu ektrim kanan maupun ektrim kiri. Dalam mengantisipasi penyebaran faham radikal yang semakin marak ditemui diberbagai sendi kehidupan namun masih banyak masyarakat kita yang belum mendapatkan pemahaman mengenai urgensi pemahaman moderasi beragama dalam menjalankan hidup  toleransi beragama ditengah masyarakat yang multikultural.

Sedangkan, menurut Faiqah dan Pransiska, kata moderasi dalam bahasa Arab diartikan Al-Wasathiyyah. Yang secara bahasa al-wasathiyyah berasal dari kata Wasath (Faiqah & Pransiska, 2008). Dalam hal ini, Al-Asfahani mendefinisikan Whasathan dengan kata sawa'un yaitu tengah-tengah diantara dua batas atau yang biasa-biasa saja. Lebih lanjut, Wasathan juga bermakna menjaga dari sikap tanpa kompromi/musyawarah. Bahkan meninggalkan garis gebenaran ajaran agama (Al-Asfahani, 2009).

Sementara dalam kaidah bahasa Arab, kata moderasi yang seringkali diistilahkan dengan kata Wasath atau al-wastahiyyah akar kata al-wasath dengan huruf sin yang di-sukun-kan dan al-wasth, dengan huruf sin yang di-fathah-kan yang keduanya merupakan mashdar (infinitife) dari kata kerja (verb) "wasatha". Selain itu kata wasathiyyah juga seringkali disinonimkan dengan kata al-iqtishad dengan pola subjeknya al-muqtashid. Namun, secara aplikatif kata wasathiyyah lebih populer digunakan untuk menunjukkan sebuah paradigma berpikir paripurna, khususnya yang berkaitan dengan sikap beragama dalam Islam (Zamimah, 2018).

   Dengan kata lain, moderasi bisa dipahami sebagai suatu sikap terhadap segala hal yang baik sesuai objeknya tidak terlepas hal itu budaya, adat-istiadat, maupun agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun