Pentingnya literasi sepertinya tak perlu dipertanyakan lagi. Semua orang membutuhkannya meskipun tak semua menyukainya. Dari rakyat jelata hingga para pejabat istana. Kenapa? Karena ide besar dan kebijakan yang benar itu lahir dari hobi membaca, sebutannya kaya literasi.
Wajar saja jika di hampir seluruh penjuru Indonesia, apalagi kota-kota besar, gema literasi ini semakin digaungkan. Termasuk di Nusa Tenggara Barat.Â
Bunda Literasi Menyapa
Salah satunya Event Bunda Literasi Menyapa yang digelar dalam rangka Launching Gerakan Literasi Traditional. Giat ini digelar tepat hari ini (02/10/2025) di Gedung Pelayanan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jujur saja, saya bangga dapat mewakili Komunitas Kompasianer Lombok (KOLOM).
Dalam kesempatan ini, Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal atau yang akrab disapa M. Iqbal hadir didampingi istri. Ya, Bunda  Literasi menyapa ini sebenarnya mendampuk Ibu Gubernur, Sinta Agatha Soedjoko sebagai Bunda Literasi.
Tentu saja, undangan dan tamu yang hadir juga merupakan inisiator dari berbagai komunitas literasi yang ada di Nusa Tenggara Barat. Bahkan kegiatan ini  tak hanya dihadiri secara luring namun juga secara daring melalui media zoom, khususnya untuk komunitas literasi yang ada di Pulau Sumbawa.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Perpusda) Provinsi NTB, DR.H. Ashari dalam pengantarnya bahkan menyampaikan sejumlah program dukungan untuk gema literasi di NTB. Termasuk penyediaan sentral data terkait literasi keuangan pemerintahan dan berbagai peraturan hukum dan perundang-undangan.
Eh tak hanya itu, dalam giat ini juga di kampanyekan berbagai permainan tradisional yang akan menambah literasi anak-anak. Pasalnya, generasi sekarang sangat minim literasi permainan tradisional. Padahal sejumlah penelitian telah membuktikan pentingnya aktifitas permainan anak di luar ruangan bagi tumbuh kembang mereka.
Apa Saja sih Literasi Itu?
Literasi secara umum adalah kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, memahami, dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya. Seiring perkembangan zaman, literasi hari ini tidak hanya terbatas pada membaca dan menulis saja.Â
Sehingga, saat ini ada berbagai jenis literasi yang penting untuk dikuasai dan dipahami. Berikut ini adalah berbagai jenis literasi utama antara lain:
- Literasi Baca-Tulis yaitu Kemampuan dasar membaca, menulis, memahami, dan menginterpretasikan teks. Ini adalah bentuk literasi paling dasar dan fondasi dari semua literasi lainnya.
- Literasi Numerasi yaitu kemampuan menggunakan angka dan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Seperti menghitung uang, memahami grafik, ataupun membaca data statistik.
- Literasi Sains yaitu kemampuan memahami konsep dan proses ilmiah, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. misalnya dalam memahami perubahan iklim, vaksinasi, atau kesehatan tubuh.
- Literasi Digital yaitu kemampuan menggunakan teknologi digital secara bijak, aman, dan produktif. Contohnya bagaimana menggunakan internet, media sosial, aplikasi, dan memahami keamanan data.
- Literasi Finansial yaitu kemampuan untuk mengelola keuangan pribadi, memahami produk keuangan, menabung, berinvestasi, dan membuat anggaran. Tujuanya tidak lain agar seseorang bisa membuat keputusan keuangan yang bijak.
- Literasi Budaya dan Sosial yaitu kemampuan memahami, menghargai, dan berinteraksi dengan berbagai budaya dan memahami perannya dalam lingkup sosial. Misalnya toleransi, partisipasi dalam pemilu, memahami hak dan kewajiban warga negara.
Namun tentu saja literasi tak hanya sebatas beberapa point tadi, bahkan yang sekarang sedang viral digaungkan adalah terkait isu lingkungan yang berkaitan dengan dampak kurangnya pengelolaan sampah yang baik dan pengrusakan hutan.
Selalin itu ada juga literasi Media, Literasi Visual dan bahkan literasi emosional yang mencakup kemampuan memahami dan mengelola emosi diri dan orang lain di sekitarnya. Simpelnya, literasi adalah bentuk ilmu pengetahuan yang harus kita ketahui, pahami dan aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya agar memudahkan diri sendiri, bermanfaat bagi orang lain dan berdampak baik bagi lingkungan.
Literasi Bagi Para Pejabat Pemerintah
Seperti yang sudah saya tuliskan di awal, literasi itu tak hanya bagi masyarakat umumnya, namun lebih jauh sangat penting bagi para pejabat pemerintahan. Coba tebak, kenapa demo besar-besaran kemarin bisa terjadi hampir di seluruh provinsi, sampai sejumlah kantor DPRD dibakar masa?
Masyarakat sudah muak dengan bagaimana wakil rakyat yang kurang literasi ini bersikap. Saya tidak ingin men-judge, tapi bukankah saya juga masyarakat yang merasakan emosi yang sama? Karena masyarakat butuh leader dan panutan yang berilmu, bukan berakting. Tidak asal bunyi, dan tidak arogan juga.
Bagaimana ketika pemerintah mengambil sebuah kebijakan yang berdampak menyengsarakan rakyat, atau ketika ditanya solusi kemudian menjawab "jangan tanya saya" misalnya. Bukankah ini adalah efek dari minimnya literasi para pejabat? Kemungkinannya ada beberapa, antara pejabatnya tidak tahu, tidak paham atau tidak mengenal tugas dan fungsinya.
Banyak pejabat kita bukanlah penggemar buku, bukan juga pecinta belajar. Bahkan banyak yang hobi flexing dengan fasilitas negara, hobi pamer harta, bahkan unjuk gaya. Padahal kompetensinya minim hasil dari miskin literasi.
Ah saya jadi gemes mau kutip tulisan dari laman redaksi kompasiana yang bunyinya begini :
Kita pun layak bertanya: jika membaca satu buku saja sulit, bagaimana pejabat kita bisa mengelola kompleksitas negara selama lima tahun masa jabatan? Mungkinkah kebijakan yang lahir benar-benar berpihak pada rakyat?
Masihkah kita bisa berharap pada kebijakan publik yang berkualitas, jika pejabatnya sendiri jarang membaca buku?
Kenapa Literasi Jadi Sangat Penting?
Saya analogikan sedikit, kenapa literasi jadi penting bagi masyarakat dan khususnya bagi para pejabat kita yang terhormat. Contohlah seorang dokter yang harus dan dipaksa belajar sekolah kedokteran selama 4 Tahun penuh, wajib baca buku, wajib paham, wajib praktek. Bahkan harus coas dulu sekian tahun sebelum boleh berpraktek.
Bukan tanpa sebab, ini soal nyawa manusia. Kemudian beralih sekolah lagi untuk dokter spesialis bedah misalnya, sekian tahun. Dipaksa baca lagi, dipaksa belajar dan paham lagi. Hingga akhirnya berpraktek dan menyelamatkan banyak nyawa.
Pertanyaannya, bagaimana jika posisi dokter spesialis bedah di ruang operasi ini, digantikan seorang oknum yang tidak pernah sekolah kedokteran, tidak mau baca buku, tidak juga praktek coas. Coba bayangkan, bagaimana nasib pasien yang ada di atas meja bedah?
Nah kira-kira seperti itulah analogi pejabat negara yang minim literasi ini. Bukan tanpa sebab, ini soal nasib bangsa Indonesia. Wajar jika begitu banyak komunitas yang berupaya menggaungkan, mengenalkan bahkan mencoba mendorong pertumbuhan dan budaya cinta literasi di masyarakat. Kenapa?Â
Karena ada generasi penerus bangsa di sana. Ada ibu rumah tangga yang harus paham cara mendidik anak, ada seorang kepala keluarga yang harus pintar manajemen emosional dan finansial. Ada Kepala Desa yang harus paham tusinya dan berbagai aturan hukum, ada ASN yang harus paham bahwa sebagai pelayan masyarakat, mereka adalah teladan.
Dan ada masyarakat Indonesia yang harus teredukasi agar tak gampang dibohongi, tak mudah ditipu tak cepat dipengaruhi berita-berita bohong yang sudah lama basi. Jadi, Kalau pejabat pemerintahnya saja kurang literasi, apa kabar rakyatnya yang sedang berjuang untuk mencari teladan?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI