Bahkan Yunita masih ingat kali pertama mendapat Headline (Artikel Utama) di Kompasiana. Itu merupakan tulisannya ke-50, ditulisnya pun tengah malam: Analogi Croissant dan Tulisan.
"Gak nyangka banget (tulisan) itu jadi headline, buat saya (headline) berarti sekali karena itu self-reward," pungkasnya.
Selain senang menulis tentang perkembangan pendidikan dan fokus kepada ABK, Yunita juga senang menulis fiksi.
"Kalau menulis fiksi karena senang saja, menulis fiksi bisa membuatku lebih merdeka ketika menulis," katanya.
Tidak hanya itu, sejak kecil juga Yunita sudah akrab dengan dunia fiksi, baik dari majalah Bobo hingga bacaan komik. Bahkan sebelum TK bersama adik-adiknya, Yunita suka sekali dibacakan cerita dari majalah Bobo: dari Bona dan Rong Rong hingga cerita Paman Gembul.
"Setiap ingin tidur, Saya selalu dibacakan cerita oleh Ayah saya. Lalu, ada adik di sebelah dan Ibu juga ikut menemani. Menyenangkan sekali ketika itu," tutur Yunita.
Itulah, barangkali, yang membuat Yunita begitu akrab dengan anak-anak, seperti halnya yang pernah didapat ketika kecil dari orangtuanya: kehangatan, cinta, dan kasih sayang.
Nah, di bulan Juli ini Yunita mau menantang Kompasianer semua untuk masuk ke dalam dunianya! Merayakan momen Hari Anak 2022, mari menulis dukungan kepada ABK dan keluarganya!
Yuk refleksikan bagaimana cara kita berinteraksi dengan ABK. Apakah kamu memiliki kiat menciptakan sekolah yang ramah (inklusi) terhadap kebutuhan ABK? Bagaimana seharusnya tata laksana penyelenggaraan sekolah inklusi di Indonesia dilakukan?
Tertarik menjawab tantangan dari Kompasianer Yunita terkait topik ini? Siapkan kontenmu dan tayangkan di Kompasiana!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI