Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Maladaptive Daydreaming, Dijodohkan Ibarat Gengsi, Mengapa Kita Baru Termotivasi Menjelang Garis Akhir?

22 Mei 2021   05:02 Diperbarui: 22 Mei 2021   05:05 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah Kompasiana dari Envanto Elements

Maladaptive Daydreaming, Dijodohkan Ibarat Menihilkan Gengsi, Mengapa Kita Baru Termotivasi Menjelang Garis Akhir?

Berkhayal memang mengasyikan. Apalagi tentang semua hal-hal yang kita inginkan. Dengan catatan, jangan sampai berlebihan, lho ya.

Seseorang yang melamun atau berkhayal yang berlebihan, dalam hal ini bisa memakan waktu berjam-jam, bisa jadi orang tersebut mengalami maladaptive daydreaming. Tetapi, kondisi demikian tidak termasuk dalam mental illness serta penderitanya tidak memerlukan perawatan khusus.

Maladaptive daydreaming ini merupakan kondisi dimana seseorang terjebak dalam lamunan hingga menghabiskan waktu berjam-jam sehingga ia abai akan hubungan dan tanggung jawab yang ia miliki dalam kehidupan nyata.

Kondisi mental yang seperti ini kemudian dapat berakibat tekanan klinis serta gangguan fungsi kesehatan bagi penderitanya.

Selain tentang maladaptive daydreaming, ada juga mengenai jodoh-dijodohkan serta pembahasan mengapa kita hobi banget mengerjakan sesuatu ketika mepet deadline.

Berikut konten-konten menarik dan populer di Kompasiana:

Mengenal Maladaptive Daydreaming yang Membuat Seseorang Selalu Terjebak dalam Khayalan

Ilustrasi Maladaptive Daydreaming-Sumber: Beauty Journal Sociolla
Ilustrasi Maladaptive Daydreaming-Sumber: Beauty Journal Sociolla

Seorang yang menderita maladaptive daydreaming akan mengungkapkan bahwa khayalan yang mereka alami memiliki ikatan yang cukup kuat dengan batinnya, dimana ia bahkan bisa mengalami perubahan emosi seperti senang, sedih, sampai tertawa dan menangis saat tenggelam dengan khayalan tersebut.

Kompasianer Puja Nor Fajariyah berpendapat Kalau dilihat pada gejala yang ada, seseorang yang mengalami gangguan psikis maladaptive daydreaming dapat berakibat ia melamun secara berjam-jam sendirian.

"Tetapi, ia akan tetap berusaha untuk dapat mengendalikan hasrat yang ia miliki untuk tenggelam dalam mimpi tersebut ketika tengah berada dalam keramaian atau di tengah-tengah masyarakat," tulisnya. (Baca selengkapnya)

Mencari Tambatan Hati dengan Dijodohkan Ibarat Menihilkan Gengsi

Ilustrasi cincin kawin | envanto elements
Ilustrasi cincin kawin | envanto elements
Kalau sebelumnya Kompasianer Agung Han berpikiran orang yang dijodohkan adalah orang tidak laku, maka dia mencoba berpikir ulang pandangan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun