"Iya, benar mba setelah saya pikir-pikir kalau pake plastik nanti bawang goreng saya remuk kalau harus dikirim ke luar kota kan".
Ibu Rina juga menyampaikan bahwa sekarang penjualannya semakin meningkat dari yang dulu hanya membuat 10 kg sampai 15 kg bawang goreng, namun sekarang bisa 25 kg sampai 30 kg per harinya.
Salah satu contoh produk lokal yang dibina dari awal adalah usaha stik bawang milik Pak Djalal yang tinggal di daerah Prambanan. Pak Djalal adalah seorang supir bis yang kemudian mencoba untuk menjual produk stik bawangnya. Ia memulai semuanya dari memasak, mengolah rasa dan packaging yang dibantu secara aktif seluruhnya oleh Tante Sukma.
Saat dikunjungi Tante Sukma sangat senang dan begitu bersemangat membagikan pengalamannya. "Ini saya loh mba yang mengajarkan dimulai dari rasa, apa harus manis atau asin, lalu cara menggoreng, packaging dan label termasuk distribusi. Kalau menurut saya sudah oke ya sudah langsung patenkan saja", begitu ungkapnya.
SRC memang sangat mempermudah karena selain bisa membeli produk lokal, di sini juga bisa sekaligus untuk membeli pulsa, beli token listrik dan bayar BPJS.
"Tidak perlu khawatir ketika berbelanja di sini karena saya yakin sekali ini aman dan enak, sebab ini dari SRC", begitu kata Tante Sukma saat ditanya bagaimana kualitas produk yang dijualnya.
"Acara kunjungan UKM yang tergabung di SRC keren banget. Satu yang menarik perhatian saya adalah "Filosofi Laron". Dengan menerapkan konsep RBT (Rapi, Bersih, Terang), toko-toko kelontong kini makin banyak pengunjungnya, bahkan ada yang omzetnya naik 10x lipat", ungkap Riana Dewie seorang Kompasianer Jogja yang turut serta dalam acara Kompasiana Onloc Yogyakarta. (LKE)