Setelah sukses menggelar acaranya di Semarang, kali ini giliran Yogayakarta! Kompasiana Onloc bersama dengan SRC kali ini mengunjungi beberapa toko kelontong yang ada di Yogyakarta pada Rabu (27/11) lalu.
Kunjungan ini tidak hanya untuk berbelanja saja, tapi para UKM akan diberikan informasi seputar membangun bisnis, menarik konsumen sekaligus bagaimana cara mengelola dan menata toko.
Bersama dengan 10 Kompasianer terpilih, acara dimulai dengan berkumpul di BBY (Bentara Budaya Yogyakarta) kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi toko kelontong RUKUN milik Mas Is di Jalan Parangtritis.
Mas Is memiliki toko kelontong dekat Losmen Rukun yang menjual beberapa produk lokal seperti rempeyek dan makanan khas Parangtritis bagi para wisatawan. Selain itu Mas Is juga turut serta membantu mengembangkan packaging produk lokal seperti menambahkan packaging yang lebih menarik dan menambahkan sticker.
Sesampainya di toko Mas Is sempat berbagi seputar pengalamannya mengapa ikut bergabung dengan SRC. "Saya tau dengan bergabungnya saya dengan SRC toko kelontong saya semakin maju, omset saya semakin meningkat", begitu ujarnya.Â
Produk yang dijual oleh Mas Is ini antara lain rempeyek kacang, rempeyek sur, rempeyek cengking dan lain-lain.
"Semoga SRC kedepannya bisa lebih maju dan bisa bersaing dengan toko-toko retail diluar sana", ujar Mas Is.
Dengan mengikuti pojok lokal SRC kini usaha bawang goreng milik Ibu Rina sudah bisa didistribusikan ke kota lainnya selain Yogyakarta, yaitu diantaranya adalah Jakarta dan Surabaya.
"Banyak sekali sisi positif yang saya dapatkan dari SRC ini salah satunya adalah dagangan saya lebih laku dan pembayarannya pun saya akui lebih lancar dan pasti", begitu ungkap Ibu Rina.
Ibu Rina pun mengaku mendapatkan banyak sekali masukan dari program yang sedang ia jalankan saat ini salah satunya adalah mengenai packaging bawang gorengnya. Dulu ia hanya memakai plastik sebelum beralih seperti sekarang menggunakan toples.
"Iya, benar mba setelah saya pikir-pikir kalau pake plastik nanti bawang goreng saya remuk kalau harus dikirim ke luar kota kan".
Ibu Rina juga menyampaikan bahwa sekarang penjualannya semakin meningkat dari yang dulu hanya membuat 10 kg sampai 15 kg bawang goreng, namun sekarang bisa 25 kg sampai 30 kg per harinya.
Salah satu contoh produk lokal yang dibina dari awal adalah usaha stik bawang milik Pak Djalal yang tinggal di daerah Prambanan. Pak Djalal adalah seorang supir bis yang kemudian mencoba untuk menjual produk stik bawangnya. Ia memulai semuanya dari memasak, mengolah rasa dan packaging yang dibantu secara aktif seluruhnya oleh Tante Sukma.
Saat dikunjungi Tante Sukma sangat senang dan begitu bersemangat membagikan pengalamannya. "Ini saya loh mba yang mengajarkan dimulai dari rasa, apa harus manis atau asin, lalu cara menggoreng, packaging dan label termasuk distribusi. Kalau menurut saya sudah oke ya sudah langsung patenkan saja", begitu ungkapnya.
SRC memang sangat mempermudah karena selain bisa membeli produk lokal, di sini juga bisa sekaligus untuk membeli pulsa, beli token listrik dan bayar BPJS.
"Tidak perlu khawatir ketika berbelanja di sini karena saya yakin sekali ini aman dan enak, sebab ini dari SRC", begitu kata Tante Sukma saat ditanya bagaimana kualitas produk yang dijualnya.
"Acara kunjungan UKM yang tergabung di SRC keren banget. Satu yang menarik perhatian saya adalah "Filosofi Laron". Dengan menerapkan konsep RBT (Rapi, Bersih, Terang), toko-toko kelontong kini makin banyak pengunjungnya, bahkan ada yang omzetnya naik 10x lipat", ungkap Riana Dewie seorang Kompasianer Jogja yang turut serta dalam acara Kompasiana Onloc Yogyakarta. (LKE)