Mau atau tidak mau, suka ataupun tidak, Twitter kadung dijadikan ruang oleh para politisi guna mendekatkan diri pada konstituen usia muda, atau yang kini jamak disebut millenial.
Tidak perlu dibayangkan bagaimana linimasa Twitter akhir-akhir ini selama masa kampenye. Sekadar ilustrasi: pada satu waktu kita akan disajikan konten-konten kreatif para politisi, sementara di lain waktu akan ada konten-konten saling hujat. Pelakunya pun beragam, mulai dari pendukungnya, buzzer, hingga politisi itu sendiri.
Seperti itulah linimasa Twitter hari ini pada masa kampanye pemilu.
Lantas, bagaimana nasib pengguna Twitter yang tidak ingin terpapar kampanye? Bisakah mereka sekadar mencari pembahasan yang mereka gemari di Twitter?
Untuk itulah Tim Kompasiana News mencoba menghubungi selebtwit (sebutan untuk para selebritas yang "lahir" dan aktif di Twitter) untuk menanyakan tips supaya Twitter tetap asyik dan ramah bagi penggunanya.
Mungkin ada yang familiar dengan akun @ardibhironx? Ia merupakan satu di antara banyak selebtwit yang masih setia bersama followers-nya dengan konten-konten yag menghibur (meski tidak menutup kemungkinan akan membuat konten-konten yang bertemakan politik).
Berikut wawancara Kompasiana News dengan Bhironx (@ardibhironx):
Apakah konten-konten politik di Twitter itu mengganggu?
Ganggu gimana maksudnya? Ganggu kita sebagai user Twitter? Mungkin awalnya pasti iya sih ya ngerasa keganggu. Gue pribadi sempet tuh mute akun-akun yang gue follow --yang isinya soal politik mulu. Sempet juga mute keyword yang berhubungan sama politik.
Terus itu cukup ngebantu?
Tapi makin ke sini, malah makin selow sih. Sekarang udah di-unmute, malah kadang jadi ngikutin juga dikit-dikit.