Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Dijajah Buku Sendiri

23 April 2018   19:36 Diperbarui: 28 Oktober 2021   12:41 3672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

"Jika pemerintah ingin menerapkan secara umum HET ini dengan asumsi agar harga buku murah, pihak yang dirugikan adalah para penulis yang sudah bersusah payah menulis buku, tetapi malah dihargai fisiknya. Artinya, membeli buku tanpa berisi tulisan dan berisi tulisan sama saja," tulis Bambang Trim dalam artikelnya Misteri Penetuan Harga Buku.

Hitung-hitungan Harga Jual Buku

Sebagai praktisi buku, Bambang Trim nampaknya paham betul bagaimana proses penerbitan buku. Dalam artikelnya yang berjudul Misteri Penentuan Harga Buku, ia meresahkan bagaimana buku Risalah Tuntunan Shalat yang ditulis Drs. Moh. Rivai telah cetak ulang ratusan kali dijual dengan harga 6ribu rupiah? Bagaimana dengan royalti kepada penulis?

Selalu ada faktor X yang membuat harga buku tersebut sampai kepada pembaca (red. Pembeli buku). Setidaknya ada 7 faktor jika hendak menghitung harga cetak buku, hal-hal yang menjadi unsur kalkulasi adalah (1) ukuran buku; (2) tebal halaman buku; (3) jenis kertas isi dan jenis kertas kover, termasuk gramaturnya; (4) warna cetak isi (B/W, duotone, FC); (5) warna cetak kover dan bidang cetak (apakah satu muka atau bolak-balik); (6) jenis jilid, apakah kover lunak atau kover keras (hard cover); dan terakhir (7) jumlah cetakan (tiras/oplag).

Pada umumnya penerbit menggunakan rumus "Faktor X dikali 4 sampai 5 (guna mendapat keuntungan)". Jika harga cetak Rp 20ribu per eksemplar, tulis Bamabang Trim, harga jual menjadi Rp 80-100 ribu per eksemplarnya.

Harga rata-rata buku di Indonesia yang telah diriset oleh Bambang Trim sekitar 40ribu rupiah. Namun, ada misteri lain yang ditemui, yaitu: harga buku di atas 100ribu rupiah! Dalam proyek buku Api Sejarah karya Prof. Ahmad Mansur Suryanegara, yang dilakukan Bambang Trim adalah mencetak 5.000 eksemplar pada cetakan pertama untuk menekan harga per eksemplar.

Namun, selain mencetak buku melalui penerbit, kini kitapun bisa mencetak buku sendiri atau lebih dikenal dengan istilah self-publishing. Satu di antara yang menggeluti bisnis ini adalah Indie Book Corner (IBC). Kantor mereka bermarkas di Jl. Wahid Hasyim No. 3, Gorongan, Caturtunggal, Depok, Sleman Yogyakarta.

Self-publishingmemang begitu populer di Indonesia. Namun, sebagai contoh, awalnya buku novel "Supernova" yang ditulis Dewi Lestari dicetak secara mandiri dan mendapat respon bagus dari pembaca hingga akhirnya terus menerus cetak ulang. Barulah kemudian berpindah ke penerbit lainnya. Dicetak massal dengan kekuatan modal bisa menekan harga lebih murah.

Indie Book Corner membantu orang-orang seperti Dewi Lestari ini. Membuka jasa konsultasi buku, percetakan, bahkan sampai jasa editing, proof reading, layout, dan desain sampul buku. Tidak ada aturan khusus, hanya saja Indie Book Corner menegaskan, "jika terlalu tipis, nanti tidak bisa di-bending (jilid lem panas seperti buku-buku pada umumnya), melainkan dijahit kawat (straples). Akibatnya buku tidak terlihat bagus. Mirip buku tulis."

Pengecer Buku di Toko Daring

Menjamurnya toko buku daring biasanya berbanding lurus dengan ragam jenis buku dan harganya. Kedai Boekoe adalah satu di antaranya. Pada awal tahun 2015, bermula dari menjual buku-buku karena hendak pindahan rumah, akhirnya usaha tersebut berlanjut sampai sekarang. Zelva Wardi sebagai satu-satunya orang yang ada di balik Kedai Boekoe tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun