Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sampai Kapan Perseteruan antara Islam dan Komunis Berakhir?

28 September 2017   20:58 Diperbarui: 30 September 2017   15:32 13115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: (IPOS) dari Merdeka.com

Isu komunisme amat kencang berhembus pada Bulan September. Bagaimana tidak, bulan ini merupakan puncak dari ketegangan antara umat Islam dan komunis. Keduanya seakan tak bisa berdamai berkat peristiwa G30S serta pembunuhan masal yang menyasar kedua kelompok tersebut. upaya-upaya rekonsiliasi harus dilakukan agar bangsa ini tidak terus dihantui dengan tragedi kemanusian.

Selain perseteruan antara Umat Islam dan komunis, dalam lima artikel pilihan kali ini akan membahas soal peliknya memilih pekerjaan, karena tawaran gaji besar tidak melulu memberikan karyawannya kebahagiaan. Dan kebahagiaan nampaknya memang dapat digapai melalui sepak bola, tapi sistem negara tertutup yang dianut Korea Utara membuat satu pesepak bola potensialnya tak bisa "nampil" di layar kaca.

Selain ketiga ulasan tersebut, ada artikel soal TOD dan hak seseorang untuk memiliki anak. Berikut, lima artikel pilihan hari ini.

Islam, Komunisme, dan Bencana Ingatan Kolektif

tribun news
tribun news
Tragedi kemanusiaan satu-satunya yang sepertinya sukar untuk rujuk adalah perseturuan antara umat islam dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Cerita soal pembantaian dari masing-masing pihak telah tersebar luas. Bahkan setelah 52 tahun berlalu, peristiwa ini terus didengungkan dan diperdebatkan.

Islam dan komunisme seakan tak bisa berdamai. Label anti Tuhan yang disematkan bagi para simpatisan maupun anggota PKI menjadi satu alasan untuk menumpas gerakan komunis di Indonesia.

Upaya-upaya untuk "berdamai" dengan masa lalu memang sulit, mengingat kenangan kolektif ini memiliki korban di kedua pihak. Sehingga keduanya mengklaim dirinya sebagai korban. Sulit rasanya mendamaikan keduanya, padahal dalam sejarah Agama Islam diketahui bahwa setiap tragedi kemanusiaan mampu membangun sebuah peradaban.

Ulasan lengkapnya bisa dilihat dalam tautan ini.

Jangan Terburu-Buru Tergiur Gaji yang Lebih Besar!

Ilustrasi (SHUTTERSTOCK) dari female.kompas.com
Ilustrasi (SHUTTERSTOCK) dari female.kompas.com
Kali ini salah seorang kompasianer menceritakan pengalaman rekannya dalam bekerja. Namun pengalaman ini cukup pelik. Singkat cerita, tokoh yang diceritakan mengaku menyesal karena keluar dari kantor lama karena tergiur gaji besar.

Walau pekerjaan yang digeluti di perusahaan baru tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, tapi kali ini pekerjaan yang ia lakukan lebih banyak. Akhirnya karena pekerjaannya dinilai kurang baik, ia tidak mendapatkan perpanjangan kontrak.

Tokoh yang diceritakan ini berpesan untuk tidak tergiur dengan upah tinggi. Jika kita memiliki satu keahlian khusus, bolehlah keluar dari "zona nyaman". Namun jika kemampuan Anda biasa saja dan ditawari sebagai kariawan kontrak, tapi perusahaan memiliki tuntutan tinggi pada Anda, cobalah berfikir ulang.

Ulasan lengkapnya bisa dilihat dalam tautan ini.

Apakah Memiliki Anak adalah Hak?

Melissa Cook, ibu pengganti yang berusaha mempertahankan ketiga anak yang dikandung dan dilahirkannya. Sumber: http://www.ocregister.com
Melissa Cook, ibu pengganti yang berusaha mempertahankan ketiga anak yang dikandung dan dilahirkannya. Sumber: http://www.ocregister.com
Kisah mengenai ibu pengganti memang sudah ramai di Eropa. Namun tidak di Indonesia, negara kita belum melegalkan praktik tersebut. Banyak isu yang berkembang setelah fenomena ibu pengganti ini hadir seperti isu politik, eksploitasi wanita, hingga boleh tidaknya ibu pengganti menolak memberikan anak yang telah dikandungnya selama sembilan bulan pada orangtua biologisnya.

Lalu perdebatan lain muncul ke permukaan, mengenai keabsahan pasangan sesama jenis memiliki anak lewat ibu pengganti ini. Dan tentu saja masalah demografi yang melanda Jepang. Negeri Sakura mewajibkan masyarakatnya memiliki anak, tapi kita semua tahu bahwa masyarakat di sana amat fokus pada pekerjaannya sehingga agak mengesampingkan masalah keberlangsungan keturunan.

Lalu masalah yang lebih pelik lagi timbul, yakni bolehkah seseorang yang jomblodiperbolehkan memiliki anak lewat ibu pengganti? Bahkan di Amerika ada kasus menarik, yaitu seorang penyandang disabilitas yang hidup miskin dan sebatangkara menggunakan jasa ibu pengganti demi memiliki momogan. Namun ibu yang mengandung benih anak-anaknya tak mau memberikan bayi-bayi tersebut kepada orangtua biologisnya karena dinilai tak mampu membesakan tiga bayi tersebut dengan baik.

Ulasan lengkapnya bisa dilihat pada tautan berikut.

Penerapan "Transit Oriented Development", Antara Impian dan Kenyataan

TOD Central Parc Guangzhou China (www.archdaily.com)
TOD Central Parc Guangzhou China (www.archdaily.com)
Transit Oriented Development(TOD) dibuat untuk sebuah kota guna menjawab tantangan yang akan dihadapi kelak seperti masalah kenyamanan hunian serta menciptakan lingkungan yang nyaman bagi penghuninya. TOD menjadi standar bagi kota modern pada tahun 1993.

Dalam perkembangannya, TOD diaplikasikan kedalam daerah dengan gabungan antara hunian, area komersil, dan perkantoran, kemudian diintegrasikan dengan moda transportasi masal. Konsep ini sebenarnya telah diadaptasi oleh pemerintah yakni dengan pembangunan di sekitar Stasiun KRL Tanjung Barat, Stasiun KRL Pondok Cina Depok, dan Stasiun KRL Bogor.

Namun pembangunan di tiga daerah tadi belum maksimal, pasalnya pemerintah hanya memberi 25% bagi rusun bersubsidi. Mengapa alokasinya sedikit? Simak ulasan lengkapnya di sini.

Bob Marley dan Tangisan Han Kwan-Song

Bob Marley, hobi sepak bola (Sumber : The undefeated)
Bob Marley, hobi sepak bola (Sumber : The undefeated)
Han Kwan-Song adalah pesepak bola asal Asia yang mulai dilirik klub-klub elit Eropa. Dribling, skill, dan insting mencetak golnya membuat Juventus kepincut dengan permainannya. Namun amat disayangkan ketika salah satu stasiun televisi hendak mewawancarainya, negara asalnya yaitu Korea Utara tidak mengizinkan dengan dalih wawancara yang dilakukan berbau politis.

Nasib Han, beda dengan legenda musik reggae, Bob Marley. Ia adalah sosok yang amat mencintai sepak bola. Melalui si kulit bundar, ia merasa bebas tanpa tekanan maupun belenggu yang saat itu amat kental terjadi di benua Afrika.

Peristiwa yang menimpa Han dan Bob Marley berbanding terbalik dengan pesepak bola Indonesia. Walaupun negara kita menganut sistem demokrasi yang membebaskan warganya untuk berekspresi, tapi tidak berbanding lurus dengan prestasi.

Ulasan lengkapnya bisa dilihat di sini.

(LUK)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun