Mohon tunggu...
LuhPutu Udayati
LuhPutu Udayati Mohon Tunggu... Guru - ora et labora

Semua ada waktunya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Menulisi Waktu

12 Juni 2018   17:12 Diperbarui: 12 Juni 2018   19:34 2475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Twitter Kultur Tava @kulturtava

Kupandangi langit biru dari halaman belakang rumahku ini. Langit hari ini kurasa lebih biru dari hari kemarin. Kupandangi bunga-bunga yang bermekaran di halaman belakang yang tidak terlalu luas. Lumayanlah, mawar, melati, kamboja dan anggrekku rajin berbunga memberiku penghiburan. Mungkin karena dia tahu aku pun telah merawat mereka dengan sebaik-baiknya. 

Ting tong, ting tong... Bel tamu terdengar menghentak.

Astaga aku sampai lupa, bahwa aku ada janji dengan Tiara untuk mengantarnya membeli koper. Ia akan meneruskan studinya ke Ausie. Tiara sahabat baik sejak aku bekerja di kantor yang sama dengannya. Kulirik surat itu. Biar saja Tiara membacanya, kuingin lihat responnya. 

Dengan malas aku menuju ruang tamu, rambut acak-acakan. Biar sajalah, biar Tiara menunggu aku mandi sambil membaca surat itu.

Kubuka pintu . 

O, tidak! 

Refleks, kututup pintuku, tapi tangan itu terlalu kuat mendorongnya dan kini dia berdiri sangat dekat denganku. Bagaimana mungkin, dia ada di hadapanku? Nafasku memburu tak karuan. tak ingin sedikitpun memandangnya. Dia berlutut dengan bunga mawar di genggamannya. Jadi... 

"Jatuhkanlah kata maafmu, Cahaya, biar kupunguti untuk menghapus segala kesalahanku," sakit nian aku mendengarnya. Mataku mulai terasa hangat

"Bertahun-tahun aku mencarimu, bahkan engkau telah tiga kali pindah kota tempat tinggal, aku tak pernah lelah untuk menemukanmu." 

Aku menahan hati sekuat-kuatnya untuk tidak menangis. 

Bagaimana mungkin aku memaafkan mereka? Bagaimana mungkin aku memaafkan mereka yang telah mencampakkan aku ke dalam lubang yang paling dalam, justru di hari pertunanganku seminggu sesudah kami wisuda? Utusan keluarga Pram datang membatalkan semua rencana indahku hanya karena Ryanti sahabatku sudah mengandung anak mereka. Sejak detik itu aku merasa orang paling bodoh sedunia raya-raya dan memutuskan untuk tidak percaya lagi pada cinta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun