Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tragedi Bom Bali yang Membekas dalam Ingatan

13 Oktober 2016   11:30 Diperbarui: 14 Oktober 2016   18:51 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karangan bunga di depan monumen bom Bali. Kompas.com

Oktober 2002 menjadi bulan kelabu bagi Indonesia. Pada malam hari tanggal 12 Oktober tiga ledakan bom secara berturut-turut terjadi. Ledakan pertama dan kedua terjadi di dua klub malam di Jalan Legian. Dan ledakan terakhir terjadi di dekat kantor Konsulat Amerika Serikat.

Ratusan nyawa melayang, dan ratusan lainnya luka berat. Bukan hanya menciderai secara fisik, tiga aksi teror bom ini juga merusak kepercayaan negara lain pada keamanan di Indonesia. Peristiwa ini menjadi aksi terorsime terparah dalam sejarah bangsa.

Beberapa pelaku yang ditangkap telah dipidana mati. Ada juga yang didakwa seumur hidup. Meski sudah 14 tahun kejadian ini berlalu, aksi ini menjadi salah satu catatan hitam dan tentu akan diingat sebagai salah satu sejarah bangsa.

Kompasianer pun mengingat tragedi ini dengan cara lain. Mereka mencatatkan beberapa kisah dan opini tentang aksi terorisme ini. Dan berikut ini adalah beberapa catatan yang mungkin bisa membuat kita mengenang kembali tragedi 14 tahun silam ini.

1. Lupakan Bom Bali dengan Menjual Ikan

Monumen Bom Bali. Kompas.com
Monumen Bom Bali. Kompas.com
Namanya adalah Hendrik Jebarus. Ia adalah seorang pedagang ikan kering di pasar inpres. Dahulu, ia pernah mencoba peruntungan sebagai tenaga kerja marketing di sebuah hotel di Bali.

Robertus Bellarminus yang mengungkap sosok Hendrik dalam tulisan ini mengatakan, Hendrik adalah salah satu orang yang hampir menjadi korban serangan Bom Bali I.

Selamat dari serangan bom, Hendrik harus tetap kehilangan pekerjaannya. Pasalnya pasca serangan terjadi industri wisata di Bali menjadi kering kerontang. Kepercayaan wisatawan hilang dan Hendrik harus beralih pekerjaan.

Menurut catatan Robertus, Hendrik juga mengalami trauma meski tidak separah orang-orang yang melihat atau menjadi korban langsung. Dan kini Hendrik yang selamat dari serangan Bom Bali I ini melanjutkan hidupnya sebagai pengusaha ikan kering di Manggarai.

Catatan yang bisa diambil dari cerita ini adalah, bahwa serang ini membuat seluruh sektor menjadi korban. Bukan hanya kehilangan nyawa, tapi kita juga kehilangan kepercayaan di mata internasional.

2. Tragedi Bom Bali Mengkerdilkan Agama

Memoar mengingat bom bali I. Kompas.com
Memoar mengingat bom bali I. Kompas.com
"Jangan membalas kekerasan dengan kekerasan, marilah kita balas dengan kebaikan," itulah yang dikatakan salah satu keluarga korban Bom Bali I. Dan perkataan ini menghantam hati Kompasianer Ali Syarief sebagai seorang muslim.

Memang aksi serangan bom Bali dilakukan oleh teroris yang mengatasnamakan islam dan jihad. Namun aksi ini menurut Ali malah membuatnya sebagai seorang muslim merasa malu. Mengatasnamakan Tuhan dan agama dengan membunuh orang-orang tidak berdosa adalah biadab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun