Apakah ada rekan kerjamu yang begitu lihai dalam berbasa-basi? Lebih dari itu, bagaimana jika hal tersebut nyatanya dimanfaatkan ketika berhadapan dengan atasan?
Ya, bukan sekadar ramah atau sopan, tetapi sampai pada titik yang mana setiap kalimatnya terdengar seperti gula yang ditaburkan terlalu banyak: manis, lengket, dan bikin orang lain enek.
Sugar coating, begitu istilahnya. Bayangkan hal tesebut terjadi di lingkungan kerjamu, bagaimana rasanya? Malah, jika terlalu melewati batas etis akan terasa layaknya seorang "penjilat".
Kalau itu terjadi pada tim kerjamu, maka apa yang akan kamu lakukan: membiarkannya, menegurnya, atau justru ikut terbawa cara mainnya?
Apakah kita rela menjadikan sugar coating sebagai strategi utama untuk bertahan dan shortcut jenjang karier seseorang?
Namun, sugar coating sebenarnya tidak selalu negatif. Ternyata dalam batas tertentu itu bisa dianggap bagian dari soft skill: kemampuan menjaga komunikasi tetap cair, memberi apresiasi, atau memilih kata-kata yang halus agar kritik tidak terdengar kasar.
Bagaimana pengalaman Kompasianer menghadapi rekan kerja yang gemar sugar coating? Kalau --ini kalau, ya-- kamu ada di posisi tersebut, apakah akan melakukan hal yang sama?
Silakan tambah label Sugar Coating (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI