Pernah bertemu dengan orang yang sudah berhasil berhenti merokok? Atau, justru Kompasianer sendiri adalah perokok yang pernah mencoba berhenti? Bagaimana prosesnya?
Ya, tidak mudah lho untuk berhenti merokok, karena rokok atau tembakau bersifat adiktif.
Ketika perokok mencoba berhenti, maka akan muncul gejala putus nikotin yang menyebabkan tubuh merasa tidak nyaman. Sehingga proses ini tak bisa dibilang mudah.
Walau mengetahui sulitnya proses ini, tetap saja banyak orang yang menyarankan seseorang berhenti merokok. Karena selain menyebabkan risiko kesehatan bagi perokok itu sendiri, beberapa hari lalu warganet juga ramai mengomentari risiko rokok bagi orang lain.
Kritik warganet banyak dilontarkan kepada perokok yang nir-empati. Misalnya, yang kukuh merokok di ruang publik atau merokok sembari berkendara.
Ada pula warganet yang berbagi kisah tentang keluarga yang tidak bisa membeli makanan bernutrisi buat anak, tetapi bisa mengeluarkan uang untuk rokok.
Baca juga: Buah Simalakama Rokok, antara Kesehatan dan Pendapatan Negara
Lalu bagaimana tanggapan Kompasianer atas polemik ini? Jika seorang perokok, bagaimana Anda menyikapi kritik warganet tersebut? Apakah hal tersebut cukup mendorong Anda untuk berhenti merokok?
Sebagai orang yang mengimbau supaya orang lain berhenti merokok, bagaimana pula tanggapan Anda?
Silakan tambah label Cara Berhenti Merokok (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.