Masihkah Kompasianer menganggap media sosial sebagai dunia maya--di mana semua yang hidup di sana tidak nyata?
Pada era saat semua orang bermedia sosial, bisa jadi kita sulit membedakan mana kepribadian asli seseorang. Jangankan orang lain, kadang kita sendiri juga suka membedakan cara bersikap di media sosial. Misalnya, kita jadi cenderung lebih vokal di media sosial dibandingkan di kehidupan nyata.
Ada pula seleb yang tampak harmonis dengan keluarga di media sosial, tapi besok sudah muncul kabar perceraian. Atau, ada pula teman yang terlihat jalan-jalan terus, padahal aslinya ia bekerja mati-matian sebelum memutuskan untuk cuti berlibur.
Kompasianer, berapa banyak media sosial yang kamu miliki dan berapa kepribadian yang coba kamu tunjukkan dari masing-masing platform tersebut? Misalnya: terlihat ramah di Linkedin, jenaka di Youtube, gemar twitwar di Twitter, modis di Instagram, dan "galak" di Kompasiana?
Atau sebaliknya, kamu selalu berupaya bersikap apa adanya di media sosial? Atau bahkan tak memiliki media sosial? Apa saja kiat supaya bisa tetap menjadi diri sendiri?
Bagaimana opinimu tentang orang lain di sekitarmu? Apakah kamu pernah menemukan cerita mengenai perbedaan image seseorang di medsos dan aslinya? Kira-kira apa sebabnya? Jika Anda adalah psikolog, bisa dikaji dari sudut keilmuan.
Sangat boleh menceritakan tentang kesan yang kamu tangkap saat membaca artikel Kompasiana, menebak kepribadian Kompasianer tertentu, hingga penilaianmu atas orang tersebut ketika bertemu langsung.
Silakan tulis, sertakan label Kepribadian Media Sosial (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
