Apa saja ciri khas seorang biksu Buddha?
Dari jubahnya terntunya. Setiap sekte punya cara tersendiri untuk menerjemahkannya, sesuai dengan filsafat dan keyakinan masing-masing. Jubah berwarna coklat dalam mazhab Theravada misalkan. Memiliki arti kesederhanaan, menjauhi perhatian alias tidak menyolok. Selain itu disebut juga sebagai lambang keheningan yang mendukung semangat besar dalam praktik spiritual.
Ciri khas kedua adalah kepala plontos tentunya. Itu memiliki makna penyucian diri. Menjauhi urusan duniawi, simbol perjalanan spiritual. Tidak memiliki rambut juga dianggap sebagai menghilangkan keterikatan, kemelekatan, sekaligus penghormatan terhadap kesederhanaan.
Lalu, yang ketiga apa ya? Mungkin ada yang bilang jika biksu memiliki enam atau Sembilan titik di atas kepalanya. Setidaknya ini yang populer melalui film-film Kungfu Shaolin.
Nyatanya, tidak semua biksu memiliki ciri khas ini. Itu karena tradisi tersebut hanya dipraktikkan oleh sekte Mahayana, mazhab buddhisme yang berkembang pesat di China dan Asia Timur (Jepang dan Korea).
Meskipun demikian, tidak semua biksu Mahayana mempraktikkannya. Setidaknya saya belum pernah melihat biksu Mahayana di Indonesia yang memiliki tanda tersebut. (Entah kalau ada).
Tradisi ini disebut dengan Jie Ba Yishi. Secara harafiah artinya adalah "tanda penerimaan sila." Alias sumpah sebagai seorang Biksu untuk menjaga praktik moralitas. Â
Yang pasti, tanda tersebut tidak muncul begitu saja. Tradisi ini terkait dengan sejarah yang panjang dan juga makna filosofis di belakangnya.
Moskibusi
Perlu diketahui, para biksu membuat tanda tersebut dengan menggunakan dupa yang menyala lalu ditindik ke kepala. Bagi orang Tionghoa kuno, teknik ini sebenarnya tidak asing. Mirip dengan sistem pengobatan tradisional China. Sesuatu yang disebut dengan Moksibusi (Moxisbustion).
Jadi, ada tanaman obat yang bernama Moxa (mugwort). Para tabib kuno akan menyimpan tanaman ini dalam jangka waktu lama. Tidak dijelaskan berapa lama.