Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Memahami Isi Kepala "Toby" dari Perspektif Otak "Rudy"

19 Desember 2020   19:00 Diperbarui: 19 Desember 2020   19:11 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Toby, anjing peliharaan penulis (sumber: dokumen pribadi)

Toby duduk termenung memandang diriku penuh canggung. Sesekali kepalanya ia tundukkan ke bawah, memandang lantai putih sambil meraung. Hatinya hancur dilanda puting beliung karena diriku tak lagi mengajaknya bersenandung.

Sebagai pencinta anjing, kita seringkali merasa memahami apa yang sedang dirasakan oleh peliharaan kita. Mata yang sayu menandakan kesedihan. Lidah yang menjulur berarti kelaparan, dan kepala yang tertunduk berarti kebosanan.

Tidak jarang juga kita mengungkapkan beberapa kata yang 'seolah-olah' dimengerti oleh kaum anjing. Bahkan pada saat sepi sendiri, Toby bisa juga diajak curhat. Rahasia terdalam akan terjaga dengan aman. Toby hanya bisa mengonggong, ia tidak bisa bergosip.

Lantas, adakah yang penasaran, bagaimana isi pikiran si Toby dan kawan-kawannya? Bagaimana jika anjing ternyata memiliki proses kognisi layaknya manusia? Atau jangan-jangan ia lebih pintar dari apa yang kita pikirkan selama ini?

Banyak pemilik anjing yang merasa yakin bahwa peliharaannya mampu memahami bahasa manusia. Kata ringkas seperti "duduk," "jalan," atau "berdiri," kelihatannya mampu dipahami oleh anjing sesuai dengan arti dari kata tersebut.

Akan tetapi bagaimana hal ini ditanggapi oleh anjing, masih menjadi misteri. Untuk menjawab hal ini, beberapa peneliti kemudian menggunakan pemindai MRI untuk mencoba melihat area otak anjing. Mereka ingin mendapatkan data dari seputar mekanisme otak yang digunakan oleh anjing itu untuk merespon kata.

Sebagai hasilnya, ada beberapa area pada otak yang menyala jika sang anjing mendengarkan kata-kata yang sudah dipahaminya. Gregory Bens, ahli saraf dari Emory University mengatakan bahwa "anjing memiliki representasi saraf untuk kata-kata yang telah diajarkan, melampaui sekedar tanggapan stimulus saraf yang paling dasar, atau yang dikenal juga sebagai reaksi pavolian."

Akan tetapi hal yang sedikit berbeda ditemukan pada sebuah studi terbaru yang diterbitkan di Frontiers Media. Dua belas anjing dilatih selama berbulan-bulan untuk mengambi dua obyek dengan tekstur berbeda. Jika mereka sukses, anjing-anjing tersebut diberikan makanan atau pujian. Keseluruhan proses dilakukan sembari mengikuti sesi pemindaian otak.

Hasil yang didapatkan adalah otak anjing ternyata tidak merespon pada kata yang membedakan arti dari mainan yang berbeda, sebagaimana model kognitif manusia. Anjing ternyata lebih merespon kepada proses aksi dengan tujuan mendapatkan hadiah atau menyenangi pemiliknya. Sinyal ini terkait dengan sebuah daerah di otak yang bernama caudate nucleus. Pada manusia, saraf ini berhubungan dengan respon jika menerima penghargaan. 

Pada penelitian yang terbaru lainnya oleh tim yang sama, ditemukan fakta bahwa kata-kata tidak selalu menjadi cara paling efektif dalam berkomunikasi dengan anjing peliharaan. Bahkan ditenggarai sistem saraf pada anjing lebih selaras dengan isyarat visual dan aroma daripada verbal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun