Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendapat Tentang Kebijakan Full Day School

14 Juni 2017   14:34 Diperbarui: 14 Juni 2017   15:41 12418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebetulnya apa yang salah dari kebijakan baru? Semua aturan yang dibuat entah oleh otoritas  pasti ingin mengefisiensikan dampak kebijakan-kebijakan lama. Ini merupakan hal yang menarik dalam berdemokrasi, semua bisa berpendapat mengkritik atau memberi saran terbaik melalui pendapat masing-masing warga negara. Pendapat Dari kita dan untuk kita.

 

Pendapat saya tentang full day school agak sedikit pro walaupun saya lebih pro mengurangi jam pelajaran dari pada mengotak-atik jam pelajaran. Menurut saya tidak ada yang salah dari kebijakan full day school. Pada dasarnya saya berpendapat pemikiran full day school ada karena sibuknya orang tua yang harus bekerja memenuhi segala kebutuhan hidup. Ayah dan ibu diperkotaan dan pedesaan kini mau tak mau harus bekerja supaya lebih mudah dalam memenuhi kebutuhannya. Kebijakan ini bermaksud baik untuk supaya antara orang tua dan anak ketika akhir pekan bisa menghabiskan waktu lebih lama bersama.

 

Saya memang bukan psikolog yang mengerti pasti tentang kejiwaan. Tetapi saya menyimpulkan dari refleksi diri saya sendiri ketika menjadi siswa. Kebanyakan waktu disekolah sangatlah membosankan bahkan merasa sekolah merupakan ruangan yang sama sekali tidak membebaskan. Untuk itu saya lebih pro jam pelajaran dikurangi saja berikut hari-harinya. Sabtu dan minggu libur diarahkan anak-anak untuk berolah raga dirumah dan bermain sesukanya sembari banyak membaca buku, jumat untuk kerja bakti dilingkungan sekitar atau sekolah, kalau lingkungan bersih siswa diarahkan untuk jalan-jalan atau senam bersama. Hari pelajaran dari senin sampai kamis  jam 12 siang pulang.

 

 Para guru juga mengarahkan ketika tidak didalam sekolah siswa harus belajar sendiri sesuai yang mereka sukai. Bagaimana dengan anak yang malas? Itu sudah karakter biarkan mereka belajar sediri bagaimana menghancurkan kemalasannya. Orang yang dasarnya malas jika diatur semakin tidak beraturan hidupnya. Biarkan anak-anak menentukan karakternya sendiri. Bukankah tujuan dasar pendidikan untuk menjadi bebas menentukan pilihan hidupnya supaya lebih bahagia didunia? Jangan sampai pendidikan malah menjadi kekangan yang diwajibkan.

 

Apapun kebijakan pemerintah, menurut saya merupakan etikad baik pemerintah mengatur masyarakatnya. Biarkanlah pemerintah bekerja dengan kebijakan-kebijakannya. Setelah nanti dijalani dan anak-anak tidak bahagia dengan itu dan justru malah lebih tertekan, kita-kitalah orang dewasa yang bereaksi terhadap kebijakan pemerintah. Ketika banyak komplain pemerintah juga akan mengkaji ulang kebijakan itu. Alngkah lebih bijaknya kita para orang tua untuk membiarkan dulu pemerintah bekerja dengan kebijakan-kebijaknya. Baik terus dijalani, berakibat buruk ayo sama-sama kita tentang pemerintah. Begitu saja kok repot mungkin kata gus dur jika beliau masih hidup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun