Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyelami Apa yang Dinamakan "Gagal"

16 Juli 2021   09:57 Diperbarui: 16 Juli 2021   10:17 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Pixabay.com

Pertanyaan itu bukan hanya medilemakan, menanggapi kegagalan dibutuhkan mental yang patang menyerah itulah teori sederhana yang perlu dipelajari bahkan setiap orang sudah mengetahuinya. Tetapi apakah pantang menyerah sendiri harus dilakukan saja tanpa kita mempertimbangan sesuatu yang lain?

Apakah dasar dari setiap kegagalan tentang setiap pelajarannya kita hanya butuh mental pantang menyerah? Untuk berhasil, kegagalan adalah hal yang justru sangat dibutuhkan sebagai media pembelajaran.

Apa yang sebenarnya kita butuhkan, strategi apa yang tepat bagi sebuah proses demi prosesnya, dan pengalaman akan pengetahuan apa yang harus kita punya untuk menuntaskan misi setiap prosesnya adalah esensi dari sebuah kegagalan untuk kita harus semakin belajar dari bentuk kegagalan itu.

Kegagalan adalah pengetahuan, jembatan emas untuk menuai kesuksesan itu tidak dapat ditampik. Dalam bidang apapun kita butuh gagal untuk tahu bagaimana caranya berhasil. Bahkan orang yang saat ini dapat dikatakan sukses sudah pasti mereka pernah merasakan kegagalan dalam hidupnya.

Tidak semua kegagalan itu buruk. Rasanya semua memang butuh gagal untuk belajar. Tidak didalam bidang apapaun, kegagalan selalu menjadi lawan dari apa yang kita usahakan. Maka dari itu jangan takut merasakan gagal.

Setiap kegagalan akan ada pelajaran yang didapatkan seseorang seperti halnya seorang pemuda yang menginginkan sebuah hubungan dengan lawan jenisnya berbalut hubungan yang romantic. Kegagalan demi kegagalanya dalam menaklukan pujaan hatinya memberi pelajaran yang penting.

Kegagalan seorang pemuda itu tentu karena pengalaman romansanya yang kurang dan tak tahu bagaimana menjadi seorang yang menarik lawan jenis. Tetapi yang lebih mendasar dari kegagalan pemuda itu adalah dia tidak mencintai dirinya sendiri terlebih dahulu.

Karena tidak mencintai dirinya, dia tidak tahu cara membuat orang lain nyaman dengan dirinya, merasa dicintai olehnya karena ia tak pernah mencintai dirinya sendiri dan yang paling utama karena tak mencintai diri sendiri. Itulah yang terkadang membuat pemuda itu tidak mengejar nilai-nilai dirinya untuk memantaskan diri dan diinginkan oleh lawan jenisnya dalam membangun sebuah hubungan romansa.

Kembali, setiap orang harus mempunyai nilai hidup masing-masing dan alasan orang untuk dapat menjatuhkan pilihannya terhadap kita karena nilai-nilai hidup kita yang cocok dengan mereka. Bukankah setiap orang menyukai orang yang sukses dalam mencapai tujuan-tujuan hidup mereka?

Tentu kesuksesan bagi masing-masing orang berbeda-beda, ada yang beranggapan sukses jika dia sudah menjadi seorang presiden, penulis kaya, atau pebisnis yang punya banyak perusahaan. Tetapi sukses bukanlah hal-hal yang itu saja.

"Kesuksesan bagi saya merupakan mereka orang-orang yang sudah tahu apa yang menjadi tujuan hidupnya. Sukses adalah mereka yang bangga terhadap apa yang menjadi passionnya dan selalu mengusahakannya untuk mencapai yang terbaik selama mereka masih hidup".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun