Dan tidak jarang sesuatu itu membuat iri yang mungkin tidak seperti dirinya. Jika disadari sebenarnya semua hanyalah pencitraan belaka, tetapi memantik imajinasi permirsanya.
Bagi anak muda yang tidak beruntung mungkin termasuk saya didalamnya, yang tidak merasakan hingar bingar kesuksesan umur 27. Tidak lain usia 27 sebenarnya adalah masa kritis yang sudah tidak mau berbicara cita-cita lagi.
Diusia itu meski muda, bukan pilihan untuk masuk pabrik yang menginginkan tenaga lebih muda, atau dengan segmentasi industri lainnya yang lebih memilih usia lebih muda dari umur 27.
Umur 27 seharusnya melanjutkan pekerjaan yang sudah ada atau meniti karir yang sedang dijalani. Ganta-ganti perusahaan pun, saat ini mencari pekerjaan susahnya setengah mati.
Pada realitasnya jika umur 27 masih begini-begitu saja, bahkan belum menemukan posisi kerja yang mapan apalagi kesuksesan yang masih jauh. Umur 27 adalah umur yang paling berpeluang menciptakan depresi.
"Tyo, di 27 Tahun: "kehilangan sahabat, kehilangan cita-cita, kembali obesitas sampai saat ini sedang pemulihan fisik dan pesikis".
Mada, 27: "pengin bodo amat sama hidup tapi takut 'hidup' juga bakal bodo amat sama gue"
Saya sendiri di usia 27 tahun masih lajang dan justru semakin mider tidak punya pekerjaan tetap, bahagiaan diri sendiri saja susah apa lagi bahagiakan orang lain.
Untuk itu yang saya lakukan di usia 27 tahun ini yakni menyemangati diri sendiri, menerima diri sendiri, yang sesekali menikamti rasa kecemasan yang menghantui, bawasannya hidup ini memang bedebah! Â Â
Usia 27 yang seharusnya saya sudah mapan kini terseok-seok menjadi orang yang tidak punya kepastian ekonomi, sesekali menulis untuk dapat honor membeli rokok, itupun untuk menyetabilkan kejiwaan. Untuk menikah pun, dirasa masih jauh saja, padahal 27 banyak dari teman sudah mempunyai anak. Â Â
Â
Â