Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Romansa: Apa Arti Sebuah Kepekaan?

10 Juli 2020   19:40 Diperbarui: 17 Juli 2020   00:40 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

"Dan apa yang paling mengecewakan dari keputusan adalah tidak adanya ungkapan dalam kejujuran itu bahwa; sesuatu yang "baik" merupakan suatu yang mutlak harus disampaikan. Karena jika ingin orang lain peka tanpa adanya dasar mengungkapkan--- ungkapan "peka" itu hanyalah sampah yang tidak perlu untuk di dengar semua orang; lebih baik diam dan simpan gelora kengingan menginginkan orang lain peka itu".

Lelah seperti akan tergambar pada sesuatu yang belum bisa dewasa menempatkan sesuatu. Memang adakalanya kisah, tidak semua lahir dari apa yang dinamakan kenyataan. 

Karena fiksi pikiran manusia juga punya andil didalamnya yang terkadang membuat kebingungan tersindiri, bukan kebingungan untuk dirinya saja tetapi orang-orang yang ada disekitarnya.

Namun dengan berbagai jenis karakter manusia, seharusnya ungkapan yang jelas, padat, dan mengarah pada visi apa yang diungkapkan benar-benar menjadi tinjuan utama, apakah keadaan dalam keinginan itu menuntut orang lain tahu? 

Atau dengan kepekaan yang tidak tersampaikan itu, kita akan mengharap lebih kepada orang lain yang ingin mengerti diri kita tanpa menyampaikan sebelumnya?

Memang tidak ada yang lebih melelahkan dari bagaimana betapanya orang lain ingin kita mengerti tanpa menyampaikan rasanya pada diri kita. Terlebih tanpa tahu tiba-tiba kata "sebal" dan segala macamnya muncul menghampiri diri kita, apakah itu benar-benar layak harus terjadi? Ataukah kata "sebal" hanya drama yang akan dibuat orang lain mengukur bagiamana rasa diri kita saja, tidak lebih dari itu?

Ini ungkapan yang sulit, terus terang ditambah dengan permasalahan romansa adalah hal yang paling sensitive untuk dibuat sebagai sebuah drama. Sebab tanpa tahu apa-apa, termasuk apa yang diinginkan selalu saja menjadi bahan untuk menciptakan sebuah darma dalam romansa, tidak didalam alam percintaan saja tetapi ada juga  di alam-alam lain yang segala sesuatunya dapat dibuat sebagai drama, dasarnya kumpulan satu orang lebih dengan berbagai kelebihan orang yang lain-lainnya.

Saya berpendapat pada dasarnya jika manusia dapat dewasa, drama-drama receh seperti menginginkan sebuah kepekaan tanpa mengungkapkan pada orang lain tidak perlu terjadi dan diungkapkan sebagai sebuah kronik baru.

Menjadi sesuatu yang sudah dapat dikatakan "dewasa" ketika tidak sependapat dengan sesuatu memang harus disampaikan, tetapi bukan berarti harus mengucapkan kata-kata yang berlebihan tidak setuju. Karena semua bentuk kedewasaan adalah diam tanpa adanya provokasi melawan dan selalu bersikap mencoba terkesan tidak ada apa-apa.

Saya ingat bagimana seorang psikolog Abraham Maslow berkata; "Seorang musisi harus membuat musik, seorang seniaman harus melukis, seorang penyair harus menulis, jika ingin berdamai dengan dirinya sendiri".

Kedamaian sebagai sebuah sebab tanpa menuntutnya manusia mungkin ini yang akan disampaikan oleh Abraham Maslow, bawasannya ketika manusia sudah melakukan sesuatu yang diharapkannya, itu akan menjadi suatu kenyataan yang mendamaikan, tanpa tuntutan kepada orang lain, apa lagi dengan kepekaan yang mereka ingin mereka tampilkan dalam kisah drama romanansa antara dirinya dan orang yang ada disekitarnya.

Mungkin memang pada kenyataannya kisah romansa selalu selalu saja mengundang tanya karena manusia selalu tidak dapat berdamai dengan dirinya sendiri, yang pada akhirnya selalu menumpahkan segala sesuatunya kepada orang lain tanpa dirinya tahu apa yang benar-benar dirasakannya.

Kepekaan dalam kisah romansa pun seperti arogansi yang benar-benar maunya untuk dimengerti saja tanpa bisa mengerti orang lain juga pada akhirnya satu dari banyak manusia. 

Karena rasa dan saat-saat manusia sedang dalam kondisi seperti apa tidak pernah kita tahu, apakah orang tersebut sedang dalam keadaan suasna hatinya yang buruk atau dengan ketakutan-ketakutan lain menjadikan arogansi tersebut nyata adannya menjadikan sebuah dalih untuk dimengerti orang lain tanpa mengerti dirinya sendiri terlebih dahulu.

Apakah ada sebuah kepekaan untuk manusia ini mengerti tanpa sebab? Mengerti solusi teka-teki semua manusia dihadapannya yang kecewa atas dirinya tanpa diungkapkan itu? Ini sebuah pencerahan untuk orang-orang yang paling tertutup, keras kepala, berani dan misterius. Manusia dan rasa ingin dimengertinya adalah kehendak akan berkuasa atas manusia lain yang pada akhirnya tidak dewasa dan mampu mentoleransi dirinya sendiri.

Seperti ungkapan filsuf Jerman Friedrich Wilhelm Nietzsche: "Tidak ada lainnya---- kamu sendirilah juga kehendak untuk berkuasa ini, tidak ada lainnya". Maka dari itu jika memang ujungnya hanyalah kehedak untuk saling menguasai dengan adanya tafsir kepekaan yang terus digelorakan meskipun dalam hubungan romansa sendiri mungkin benar adanya adalah sikap untuk di istimewakan dalam kuasa sebagai sesame manusia.

Kisah romansa dan sebuah jejak yang sulit untuk dimengerti, jelas disini saya dengan penuh kesangsian itu mempersepsikan bagaimana cara manusia mengartikan sebuah kepekaan yang harus dibaca orang lain hanya sampah perasaan jika tidak diungkapkan. Bahwa persepsi dari geraknya keinginan untuk dipekakan isi hatinya, ataupun dengan berdiam itu sendiri akan saling bertentangan satu sama lain. Ukuran besarnya tetaplah bersuara, yang pada intinya berbicara untuk sebuah perubahan yang sama-sama diinginkan tanpa berkonflik dan berdrama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun