Pada dasarnya asmara merupakan suatu hal yang tertunggu oleh manusia. Bayangan bahagia dengan ber-asmara sendiri menjadi dasar bahwa; mereka "manusia" harus ber-asmara apapun keadaannya termasuk dengan cara menjalin asmara secara digital di era teknologi maju ini".
Asmara sendiri yakni suatu jalinan. Mungkin dapat dikatakan sebagai tali kasih antara pria dan wanita yang sama-sama berharap saling membahagiaan antar satu dengan lainnya.
Tentang berbagai cara itu, manusia dan peradaban, bukan saja manusia dihadapkan pada realita yang harus mencari jalan bagimana ber-asmara secara efektif di era masyarakat teknologi maju ini, tetapi juga membuat alternative secara pribadi sebagai solusi bersama yang sama-sama menang untuk dijalani.
Kehidupan yang kompleks manusia abad 21 bukan hanya menjadi catatan penting, dan ketika orang mencatat disana, manusia harus memikirkan sebuah solusi, dan dengan cara apakah hidup di era teknologi ini? Kiat-kiat seperti apakah agar semua menjadi seimbang termasuk; dalam menjalin asmara itu sendiri antara menjadi pria dan wanita?
Memang harus dikatakan berkali-kali bahwa abad 21 ketika manusia tidak memanfaatkan teknologi betul, ia bukan hanya akan terasing, tetapi terpenjara oleh sistem hidup yang jika disadari mengekang manusia tanpa ampun. Industerialisasi, modal, kerja, dan konsumsi merupakan entitas yang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia abad 21.
Manusia butuh kerja untuk mendapat uang, tentu uang itu sebagai bahan atau alat bertahan hidup. Namun harapan akan uang dari kerjanya, apakah secara mudah dapat menjawab segala kebutuhan selain kebutuhan pokok yakni; dalam hal mengakomodasi kebutuhan ber-asmara tersebut yang jalinannya juga butuh modal didalammnya?
Banyaknya industri yang sama atau ekonomi yang bebas dalam menjalankannya, bukakah itu menjadi problematika baru dalam setiap pendapatan; dalam hal ini "buruh" industri?
Di mana persaingan dalam bisnis yang tidak sehat akan mempengaruhi harga produksi sendiri, yang berimbas pada upah buruh abad 21 yang cenderung murah? Belum dengan regulasi pengupahan minimum dari pemerintah yang sangat minim jumlahnya, yakni hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari diwilayah tertentu saja.
Keterikatan bukan hanya dengan uang, tetapi juga waktu dan jarak yang manusia abad 21 harus tempuh sebagai mengisi hidup itu sendiri. Sebuah gambaran di kota kecil seperti Cilacap yang ruang industri begitu sempit dan jumlanya dapat terhitung jari.
Belum dengan ukuran nilai UMK (upah minimum kabupaten) yang relative kecil sendiri membuat anak muda harus menjadi pekerja urban agar hajat hidup mereka melalui apa yang dibutuhkan sebagai akomodasi hidup sendiri dapat terpenuhi dari upah kerja mereka.
Saya kira menjadi kaum urban-pun secara tidak langsung adalah solusi terbaik untuk meniti jalan yang lebih baik dari pada harus ditempat yang kurang mendukung dalam hidup. Mungkin ini dapat dikatakan sebagai hijrah untuk menjadi manusia lebih baik itu. Dan bagaimana manusia abad ke-21 ini mengukur kadar baik untuk dirinya sendiri?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!