Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerita Fabel: Kisah Kepiting Bakau yang Sombong

7 Januari 2021   06:49 Diperbarui: 7 Januari 2021   07:02 4120 20
Untuk memberikan contoh bagaimana Seseorang harus tetap rendah hati dan bijaksana serta hidup selalu rindu rukun, saya mengemas kisah menarik melalui cerita fabel ini untuk anak saya yang masih masuk dalam kategori usia dini di awal tahun 2021 ini. Semoga anak-anak bisa belajar dari kisah ini tentang buruknya sifat sombong dan semena-mena.

**************

Di dunia perairan payau tersebutlah kerajaan ikan yang dipimpin oleh seekor kepiting bakau yang sombong dan kejam. Dia merasa paling memiliki dan berkuasa di dunia air. Para ikan terutama udang sering dijadikan mangsanya di saat dia sedang lapar. Para ikan kecil pun sama, bisa dilahapnya dalam sekali santap.

Suatu hari para udang dan ikan berkumpul, mereka merasa makin terancam dengan perilaku buruk si Kepiting bernama Kero.

"Bagaimana pendapatmu, wahai Ikan?" Tetua kelompok udang mulai berbicara.

"Kami berpikir sejak kemaren dan kami punya usul," jawab perwakilan kelompok ikan. Dia juga sudah geram dengan kesombongan kepiting yang semena-mena.

"Ya, silakan. Usul apa kiranya agar kita bisa membuat kepiting itu jera!" dengus tetua udang yang kekar itu. Tampaknya dia sudah tak sabar menanti saat si kepiting lengser.

"Kami ingat suatu hari kami bertemu dengan kepiting hutan raksasa. Dia ke sungai dan bertarung dengan salah satu kepiting bakau, sepertinya mereka saling beradu pendapat. Nah, seperti yang kita tahu kepiting hutan raksasa tidak pernah tinggal di perairan. Jadi kita bisa meminta tolong kepada mereka agar melindungi kita dan mengalahkan si sombong itu," jelas perwakilan ikan panjang lebar.

Semua ikan yang hadir tampak manggut-manggut tanda setuju dengan usul tersebut. Hingga akhirnya disepakatilah jika perwakilan ikan dan udang akan pergi menemui kepiting raksasa saat kepiting raksasa turun minum.

***

Sesuai waktu yang telah ditentukan. Perwakilan ikan dan udang menunggu di dekat sang kepiting raksasa selalu turun untuk minum. Suara dari gerakan tubuhnya yang besar terdengar jelas. Gelembung-gelembung air terlihat dari napasnya. Langkahnya terhenti saat perwakilan ikan dan udang memberikan salam.

"Selamat siang, Tuan Kepiting raksasa!" ucap ikan dan udang berbarengan. Si kepiting tampak kebingungan untuk sejenak.

"Hmmm, ada apa gerangan kalian menemuiku?" sambut sang kepiting raksasa memandangi kedua makhluk di depannya.

"Ka ... kami, kami minta maaf jika sudah mengganggu waktu, Tuan. Sebenarnya, kami ini sudah benar-benar tersiksa dengan perilaku zalim kepiting bakau. Dia menyerang dan memangsa anak-anak kami. Padahal jatah makanan dari bangkai ikan yang mengapung di sungai pun selalu ada. Atau bangkai binatang lain yang dia sukai kami tidak pernah mengganggunya." Tetua perwakilan kelompok ikan mulai bercerita.

" Ya, Tuan, kami pun sama. Anak-anak udang dimakannya dengan rakus. Kami jadi sedih dan merasa terancam jika terus begini. Masa depan kami akan punah jika anak-anak kami mati dimangsa kepiting bakau." Tetua udang menambahkan dengan mimik muka yang sedih.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan untuk memberi pelajaran si sombong itu?" tanya kepiting raksasa.

" Jadi kami sepakat, anak-anak kami akan pura-pura bermain mendekati kepiting bakau. Lalu, jika dia mulai memangsa, anak-anak kami akan mundur. Dan Tuan akan mengajaknya duel lalu kurung dia di daratan. Biarkan dia merasa kelaparan dan jera. Hingga dia berjanji kepada kami untuk tidak mengganggu kami lagi," papar Tetua ikan yang tampak begitu cerdas itu.

***
Sesuai rencana, pada waktu yang telah ditentukan para anak ikan dan udang bergerombol berenang melewati kepiting yang sedang asik menjelajahi sungai.

"Ha! Pucuk dicinta ulam pun tiba. Ha ha ha ... kalian memang bodoh. Mendekati Kepi Raja Sungai sama saja mencari maut!" teriaknya membuat para anak udang dan ikan ketakutan. Mereka berbalik arah dan berusaha berlari dari tangkapan si Kepi.

 Tanpa diduga dari arah berlawanan muncullah kepiting hutan raksasa yang telah siap menerjang kepiting bakau. Kepiting raksasa sengaja mengalihkan perhatian kepiting bakau dengan mengajaknya bertarung di pinggir sungai. Pertarungan makin sengit disaksikan aneka satwa air lainnya. Mereka berdoa agar si Kepi bisa dikalahkan.

Kepiting raksasa pura-pura terdesak dan memasuki lubang tempat kediamannya. Lalu, kepiting bakau mengejarnya. Dilihatnya seonggok bangkai tikus montok tergeletak di dalam persembunyian kepiting raksasa. Dia mulai kelaparan dan tak tahan untuk menyantap bangkai itu. Tanpa dia ketahui kepiting raksasa yang sudah menyiapkan perangkap keluar melalui lubang yang lain.

Setelah habis bangkai itu kepiting mengedarkan pandangannya ke sekeliling lobang. Dan dia sungguh terperanjat. Saat pintu lubang keluar sudah ditutup oleh batu dari dua arah.

"Selamat menikmati balasan dari kesombonganmu, kepiting bakau. Jangan kau merasa berkuasa tapi bertindak semena-mena. Kau sudah bertindak zalim kepada ikan-ikan kecil itu!" Suara kepiting raksasa terdengar menggema dari seberang lubang tempat kepiting terjebak.

"Aku mohon ampun, kepiting raksasa, hiks hiks ... aku tidak akan mengulangi kesalahanku lagi. Aku berjanji ...." Suara kepiting bakau terdengar tersendat-sendat.

"Tidak! Sebelum kau merasakan kurungan ini, selama dua Minggu, kau tidak akan merasa jera. Baru setelah itu kau akan kubebaskan." Suara kepiting raksasa terdengar bak petir di siang bolong bagi kepiting bakau.

Walaupun sesama kepiting tetapi keahlian kepiting bakau hanya membuat lubang di sungai. Tidak untuk lubang di tanah yang keras seperti milik kepiting raksasa. Selama dua Minggu itulah kepiting bakau terkurung dalam tahanan lubang kepiting raksasa. Dan para ikan dan satwa air lainnya bisa bebas tanpa takut ada yang memangsa anak-anaknya lagi.

Waktu pun kian berlalu, kepiting bakau telah keluar dari tahanan lubang itu. Dia kini tidak lagi sombong. Dia sudah menyadari kesalahannya dan meminta maaf kepada seluruh penghuni perairan. Dunia satwa air pun kembali damai dan penuh kebahagiaan.

Tamat

Zatil Mutie
Cianjur, 07012021

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun