Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerpen: Menunggu Nama

29 Juni 2021   13:31 Diperbarui: 29 Juni 2021   13:43 342 44
Sejak dimulai babak kedua pertandingan Portugal versus Belgia. Dengan keunggulan satu gol untuk Belgia. Kedai kopi senyap. Hanya sesekali terdengar bisik-bisik, kemudian lenyap.

Tak ada teriakan atau makian yang tertuju pada pemain atau wasit. Tak ada saling ejek antar penonton. Sepertinya, semua orang yang berada di kedai kopi menghargai perasaan Patar.

"Tak ada harapan!"

Suara Patar tertahan. Pertandingan masih tersisa lima menit. Patar bangkit dari kursi, meraih gelas dan menghabiskan kopi dingin yang tersisa. Kemudian melangkah pelan meninggalkan kedai kopi.

Pulang.

***
"Kalah, Bang?"

Satu pertanyaan dari sang istri saat membuka pintu, menambah ngilu.

"Sepertinya begitu! Tapi, Belgia memang bagus!"

Patar memilih duduk di ruang tamu, sambil menunggu subuh, sebelum berangkat tidur. Di benaknya, masih terbayang tendangan keras dari luar kotak pinalti yang menghujam deras gawang Portugal.

"Ngopi, Bang?"

Beruntung, pertanyaan yang diajukan istrinya, menghapus bayangan tentang gol itu. Patar anggukkan kepala pelan. Namun, sudut matanya sempat melihat senyum tertahan dari istrinya sebelum berbalik badan, menuju dapur.

***
"Namanya David Patar!"
"Hah?"
"David Trezequet adalah pencetak gol emas Prancis versus Italia!"

Awalnya, perempuan itu terkejut, kemudian memilih diam dan konsentrasi menyusui bayi yang baru berusia satu hari. Walau hanya pemain sepakbola kampung, istrinya mengerti, Patar adalah pecinta bola sejati.

Nama lengkap suaminya Patar Amiruddin. Diambil dari nama pemain bintang nasional Indonesia asal Persija Jakarta, Patar Tambunan. Nama Amiruddin adalah nama ayah mertua yang asli Palembang.

Kakak lelaki tertua suaminya, diberi nama Rully Amiruddin. Diambil dari nama Rully Nerre. Dan, adik bungsunya, benama Yakobi Amiruddin, berasal dari nama penyerang tim nasional Indonesia Ricky Yakobi.

Selain mewariskan rasa cinta pada sepakbola. Tradisi memberikan nama anak dari nama pemain bola itu diwarisi Patar. Perbedaannya, jika sang ayah memilih pemain lndonesia, maka Patar lebih menyukai pemain kelas dunia.

Sesudah kelahiran si sulung David Patar tahun 2000. Entah kebetulan atau keberuntungan. Istri Patar selalu hamil saat pagelaran Piala Eropa. Sehingga, tak sulit bagi Patar, dan tak ada debat dari istri tentang pemilihan nama.

Berturut-turut di kartu keluarga Patar tercatat nama pahlawan final Piala Eropa. Charisteas Patar, lahir tahun 2004, dari pencetak gol tunggal Yunani. Tahun 2008, anak ketiga diberi nama Fernando Patar, dari nama pahlawan Spanyol Fernando Torres.

Tak ada perdebatan antara Patar dan istri saat kelahiran anak perempuan pada tahun 2012. Nama Yuanita Patar menjadi pilihan. Berasal dari nama Juan Mata, salah satu pencetak gol Spanyol saat mengalahkan Italia di final.

Kelahiran si bungsu pada tahun 2016 disambut canda tawa teman-temannya. Karena Patar ngotot memberi nama Cristiano Patar. Sebab, jika mengikuti tradisi, seharusnya bernama Eder.

Nama itu adalah pencetak gol tungggal kemenangan Portugal. Namun dibanding Cristiano Ronaldo, menurut Patar, nama Eder tidak terkenal.

***
Nyaris lima tahun. Patar menahan diri dari candaan dan ejekan teman-temannya. Pemberian nama Cristiano pada si Bungsu adalah pengingkaran sejarah. Tak hanya sejarah sepakbola, tapi mencoreng sejarah pemberian nama anak keturunan keluarganya.

Alasan cidera yang dialami Cristiano Ronaldo pada partai final piala Eropa, sebagai pembelaan Patar, menjadi sia-sia dan percuma. Sebab, fakta sejarah sudah mencatat. Eder adalah pahlawan Portugal di final.

Selain itu, sejak lahir, si bungsu terus sakit-sakitan. Ejekan dan candaan temannya semakin deras mendera. Nama Cristiano dianggap terlalu berat bagi si bungsu. Salah satu saran yang beredar adalah mengganti nama!

"Ngopi lagi, Bang? Atau mau makan?"

Tak ada jawaban. Istrinya memilih duduk di samping Patar di tempat tidur. Matanya melirik jam dinding. Jarum pendek bertahan di angka sepuluh. Patar belum juga tidur. Istrinya mengerti yang dipikirkan Patar.

"Tak usah ganti nama kenapa, Bang?"

Patar tetap membisu. Kamar tidur menyimak bisu.

***
"Siapa yang menang, Bang?"
"Spanyol. 5-3!"

Wajah Patar sumringah. Istrinya tersenyum menyambut Patar di Pintu. Kemudian bergegas ke dapur untuk meracik segelas kopi.

Selain memiliki wajah yang mempesona, nama pemain Italia dan Spanyol ramah di lidah. Istri Patar berharap Spanyol atau Italia menjadi juara Piala Eropa. Dan sudah mengingat beberapa nama penyerang kedua negara itu sebagai pengganti nama di bungsu.

"Aku sudah ada pengganti nama si bungsu!"
"Si Ganteng Morata aja, Bang!"

Patar tertawa mendengar usulan nama dari istrinya. Gelengan kepala Patar membuat senyum istrinya langsung menghilang.

"Pemain Italia?"
"Bukan! Portugal"
"Kan sudah kalah? Cristiano juga dari..."

Patar menyentuh tangan perempuan yang duduk di sampingnya. Sosok yang begitu sabar membiarkan Patar menonton perrtandingan bola di kedai kopi. Padahal di rumah ada televisi. Setia membuka pintu pada dini hari.

Tak pernah ajukan keberatan atau alasan dari pemberian nama bagi anak-anak. Termasuk keanehan dari keputusan Patar mengganti nama si Bungsu, menunggu perhelatan Piala Eropa yang tertunda satu tahun akibat pandemi korona yang melanda dunia.

"Mulai hari ini, nama si bungsu Eder Patar!"
"Eder? Dulu, bilang Abang..."
"Iya. Tapi hati dan pikiranku tak kuat melawan sejarah!"

Curup, 29.06.2021
Zaldy Chan
[Ditulis untuk Kompasiana]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun