Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Tersinggung Gus Mus

9 April 2019   02:12 Diperbarui: 9 April 2019   02:29 262 1
Tengah malam terjaga. Ya, malam ini. Bukan mimpi horor, tidak tahu tiba-tiba bangun. Coba ngintip WA. Sore tadi kirim permintaan ke sahabat belum di ACC. Alhamdulillah, ternyata yes. Dia yes padaku, justru ditawarkan satu kesempatan. Rezeki anak sholeh, hehehe....

Geser ke sebelah. Rating akun kompasiana (maaf bukan promosi). Status mulai berubah. Tertulis tiga puluh artikel. Tidak terasa, sudah tiga puluh artikel kutulis. Jika semua aku tulis sekali duduk, bisa tiga hari tiga malam tidak tidur. Siapa tahu kelak jadi buku, banyak peminat, best seller, insya Allah, amin.

Geser ke akun gurusiana (juga bukan iklan). Alhamdulillah, banyak pembaca malu-malu. Membaca tulisanku tanpa meninggalkan jejak. Tanpa kritik dan komentar. Inginku meningkatkan kualitas tulisan. Maklum guru matematika. Tahap belajar menulis. Menulis apa saja. Apa saja berusaha ditulis. Tiada koreksi. Teringat ketika di ruang kelas.

"Sudah faham anak-anak?" Tidak ada yang berani menjawab.
"Apakah ada pertanyaan?" Tetap tidak ada reaksi.
Ketika diberi soal latihan, Masya Allaaah, Zonk!
Hahaha....

Masuk dari pintu sebelah. @zaenal.math akun IG ku. Alamat Instagramku (bukan jualan rumah). Cieh, cieh, punya IG ya. Kayak public figure saja.

Memang dahulu aku kurang tertarik dengan medsos. Facebook, Tweeter, Instagram, WhatsApp, Telegram, dan lain-lain. Cukup SMS, telepon, dan  e-mail saja. Hingga pada akhirnya acara Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) mengharuskanku.

Bermanfaat, ternyata ada bahkan banyak kegunaannya. Iya sih, kembali kepada penggunanya. Jika difungsikan untuk sesuatu negatif, pasti hasilnya negatif. Apabila untuk perkara hak, insya Allah dapat fahala. Tidak jauh beda dengan pisau. Dapat digunakan untuk mengupas buah, bumbu masak, mengiris bawang merah dan sebagainya. Pun dapat disalahgunakan untuk berbuat jahat, membunuh orang misalnya.

Hasil cipta karsa manusia berupa benda tidak bernilai negatif atau positif, hingga digunakan oleh manusia itu sendiri.

Maaf, kembali ke akun instagramku. Muncul pop up, update status dari Gus Mus. Aku tersinggung, langsung tersinggung. Pasalnya akun @s.kakung milik Kiai yang juga budayawan tersebut, mencatut namaku.

Beliau menerima tamu bernama Zainal. Alhamdulillah bukan aku, namaku Zaenal. Pakai 'e' bukan 'i', tambah Arifin, bukan Abidin. Apalagi tambah 'domba', jauh banget, bukan aku banget. Mas Zainal asli Batam mengkreasi video. Edit video, mencatut nama Gus Mus dan suara Beliau. Manfaatnya? Untuk kepentingan kampanye salah satu calon.

Ya, dimaafkan saja. Sudah bersilaturahmi ke kediaman Gus Mus, menyesali perbuatannya, juga mohon maaf. Mau apalagi? Cukup sekian, tidak perlu diulangi lagi. Dan jangan ditiru oleh orang lain. Menyebarkan fitnah hanya untuk kepentingan sesaat. Mengorbankan kemanusiaan. Rugi, sungguh rugi besar.

Akupun memaafkan Gus Mus sudah menyinggung namaku. Tidak perlu mohon maaf Gus! Wong namaku memang pasaran. Hehehe....(*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun