Aku bodoh soal akuntansi. Aku tak pernah membaca artikel ekonomi, dan aku bukan
lulusan STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Jadi aku nol di bidang ekonomi.
Juru bicaraku, Sang Jubir Kepresidenan RI, si Adimas Adul bukanlah seseorang yang
mempunyai background ekonomi. Natalia, sekretaris pribadi PResiden RI, lulusan teknik
informatika. Pak Ontoseno.. Nggak jelas sekali dia. Mungkin lulusan ilmu perdukunan.
Jemangin.. SD aja tidak tamat, meski beliau pintar sekali. Sahabatku, yang sulit menjadi
pacarku hingga saat ini, si Putri Awan, mempunyai background bidang psikologi. Jadi
aku hampir putus asa.
Padahal, aku harus membaca ini. Membaca Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja
Negara yang harus segera dibawa ke DPR. Karena itu, Natalia langsung kupanggil.
"Ada apa, Mr. President?" tanyanya. Wanita ini masih mengenakan rok panjang, anggun
sekali dan ini sangat menggodaku. Andai saja aku benar-benar bisa mencintainya, pikirku.
"Apakah kamu kenal seseorang yang bisa memberikan 'pencerahan' kepadaku mengenai
dokumen RAPBN, dan dia juga bisa memegang rahasia paling akbar sepanjang sejarah
hidupku?"
"Maksud Bapak? Bapak mempunyai rahasia besar? Berarti saya tak boleh tahu dong..
Tentang rahasia itu.." jawab Natalia. Dasar!! Wanita pemberani yang suka nyelonong sana
sini kalau ngomong.
"Iya benar. Pokoknya ini top secret.."
"Oke Mr. President. Saya punya kenalan seorang ekonom hebat yang bekerja sebagai
konsultan ekonomi independen. Saya akan mendatangkannya ke sini."
Aku langsung berjingkrak. "Uhuiii!!"
**
Namanya Joko Piring. Aneh sekali namanya.
"Anda seorang ekonom, dan nama Anda aneh sekali. Joko Piring. Mengapa begitu?"
Joko Piring yang memakai kacamata tebal, berperawakan amat kurus, dan rambutnya jabrik
tersenyum-senyum.
"Maaf Pak PResiden. Saya sangat bahagia bisa diundang ke istana. Saya pasti tak akan
melupakan kesempatan hebat ini.."
Aku terpekur.
"Saya tadi tanya tentang mengapa nama Anda Joko Piring."
Ia tersenyum lagi.
"Saya terlahir untuk menjadi seorang ekonom, Pak PResiden. Makanya, nama saya
Joko Piring. Piring melambangkan ukuran kesejahteraan ekonomi suatu bangsa, Pak. Jika
terdengar suara piring berdentingan oleh sendok di setiap rumah rakyat suatu bangsa,
saya yakin, negara itu makmur, tak kurang suatu apa.."
Aku tertegun. Lumayan juga orang ini. Bisa berfilsafat juga.
**
"Begini, mas Joko Piring. Saya ingin Anda menjaga sebuah rahasia yang tak boleh bocor
kemana-mana."
"Rahasia apa Pak Presiden?"
"Begini mas Joko Piring. Saya terus terang tak bisa membaca dokumen RAPBN seperti ini.
Saya tak mampu menginterpretasikan apa itu stabilitas, nilai tukar dolar, inflasi, dan tetek
bengeknya ini."
"Lantas?"
Dahi Joko Piring mengkerut.
"Begini. Saya ingin mas joko piring menyulap dokumen RAPBN ini menjadi tabel yang
isinya : Di sebelah Kiri adalah Pemasukan, dan di sebelah kanan adalah Pengeluaran.
Trus, nanti saldonya berapa. ITu saja."
Dahi Joko Piring makin mengkerut.
"Lha.. Itu kan.. Pembukuan ala anak SMP, Pak Presiden.. "
Aku tak sabar.
"Ya maksud saya juga begitu. Jadi saya ingin berapa negara ini mendapatkan uang, trus
berapa negara ini membelanjakannya. Itu saja. Titik. Trus saldonya berapa."
Joko Piring masih mengelak.
"Pak Presiden. RAPBN itu kompleks. Ada asumsi-asumsi.. Ada ukuran makro, mikro.. Dan lain lainnya. Kalau yang ingin Pak Presiden
buat itu mah.. Persis seperti yang dibuat ibu-ibu rumah tangga itu. Berapa pemasukan
gaji suami. Trus beli gula, beras, bumbu dapur.. Trus saldonya berapa..?"
Joko Piring tetap mengelak. Malah memakai alibi-alibi ala ekonomi yang aku nggak tahu
babar belas.
"Gini Mas Joko Piring. Menurut Saya.. Anda harus membuat tabel itu. Berapa pengeluaran,
berapa pendapatan.. Harus dan wajib. Agar saya tahu. Dan Anda harus bisa!!"
Aku mulai membentaknya..
"Mm..mm.. Ya Bapak Presiden.. Akan segera saya buat. Dan logika Anda yang sangat
awam di bidang ekonomi pun.. Pasti akan mengetahui tabel pembukuan yang akan saya
buat itu.."
Aku berjingkrak.
"NNNNAAAAHHHH... ITU YANG KUMAKSUDKAN.."
Beberapa saat kemudian Joko piring telah memberikan tabelnya kepadaku.
Aku melihatnya sekilas. Pendapatan.. Pajak sekian.. jual saham sekian.. Setoran dari tki
di luar negeri sekian.. Dan seterusnya. Pengeluaran.. Gaji pegawai negeri.. Sekian.. Gaji
menteri.. Sekian.. Dan seterusnya.. Alamaaaaak.. Kok.. Nggak ada
Rencana Saldonya Ya????????
**
"Joko Piring tak bisa menentukan Rencana Saldonya.." kataku kepada Natalia.
"Hanya ada satu orang yang sepertinya bisa menjelaskan ini."
"Siapa, Mr. President??" Natalia bertanya dengan keingintahuan yang tinggi.
"Namanya Rahadjeng Diah Kusumadewi. Mahasiswi akuntansi semester 7 yang sangat
pintar dan mm.. manis. Ia akan kupanggil kesini." jawabku mantap.
Natalia cemberut.
"Saya tahu apa yang sebenarnya Anda inginkan." kata Natalia yang jelas sekali
aku tahu maksudnya. Ha ha.. Mungkin ia cemburu.
"Kamu sok tahu.." elakku.
"Tidak. Saya tidak sok tahu, Mr. President. Semakin Anda mengenal banyak wanita,
maka semakin Anda tak tentu arah." jawab Natalia spontan.
Natalia menohokku. Aku tak mampu memberi jawaban apapun. Sial!!
[ cerita ini masih ada lagi kelanjutannya... Simak terus ya..]